Oleh: Henry SL
Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Markus 9:24)
Ada sebuah kisah menarik dalam Injil, yang bahkan sering diperdebatkan oleh para teolog. Murid-murid Tuhan Yesus kedapatan sedang berdebat dengan para ahli Taurat, karena satu hal. Seorang ayah datang dengan anaknya yang disiksa roh jahat, dan berharap agar murid-muridNya dapat menyembuhkannya, tetapi nihil.
Ketika Tuhan Yesus datang, Dia pun menyuruh agar anak itu dibawa kepadaNya. Sang ayah memohon kepadaNya, “ … seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami..”
Inilah jawaban Tuhan Yesus, “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”; yang segera ditimpali oleh sang ayah: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”
Pernahkah kita mengalami keadaan seperti itu? Kita datang kepada Tuhan Yesus, namun juga tidak tahu entahlah iman kita sempurna atau tidak. Sering kita mendengar, bahwa mukjizat akan terjadi karena iman, dengan demikian besarnya mukjizat itu ditentukan oleh kualitas iman kita. Dalam kegelisahan dan keputusasaan, kita bahkan tidak tahu apakah iman kita akan pernah dapat “memenuhi persyaratan” dari Tuhan.
Namun terpujilah Tuhan, kasih karunia-Nya jauh melampaui kualitas iman kita. Sejatinya, kasih karunia-Nya semata-mata bergantung sepenuhnya dari belas-kasihan-Nya dan bukan dari kekuatan atau kualitas iman kita. Anak itu sembuh, Kristus telah menyembuhkannya.
Add Comment