Dr. Paul Ellis adalah penulis buku rohani yang telah memenangkan berbagai penghargaan. Pernah menjadi seorang penyelundup Alkitab, beliau juga sempat menggembalakan sebuah gereja multi-kultur di Hong Kong selama 10 tahun. Dr. Paul adalah salah seorang ilmuwan ternama di bidang International Business. Saat ini ia tinggal bersama istri dan empat anaknya di Auckland, New Zealand. Dr Paul menulis secara teratur di escapetoreality.org, dan buku-bukunya telah diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Light Publishing di sini.
The Hope: Paul, apakah Anda sudah pernah ke Indonesia? Atau paling ngga sudah pernah makan makanan Indonesia belum?
Paul Ellis: Saya sudah mampir ke beberapa negara di Asia Tenggara, sayangnya belum ke Indonesia. Kalau saya bisa datang ke Indonesia, kemungkinan saya akan coba pergi ke pasar terdekat. Saya doyan makanan Indonesia!
The Hope: Buku Anda ‘The Hypergrace Gospel (Injil Hiper-Anugerah, diterbitkan di Indonesia oleh Light Publishing di sini –red) ’ cukup menjadi fenomena besar di Indonesia, dan tentunya ada gelombang kritik yang menghadang pula. Tantangan yang biasanya selalu diangkat adalah, apakah Injil Hypergrace ini mendorong orang untuk hidup dalam dosa dengan bebas?
Paul Ellis: Kritikan terhadap pesan anugerah ini sudah berumur 2000 tahun dan Rasul Paulus menjawabnya dalam Kitab Roma 5-6. Anugerah Tuhan, hanyalah satu-satunya yang dapat memampukan kita untuk berhenti berbuat dosa. Dosa itu memperbudak kita, tetapi anugerah membebaskan.
Memakai kasih karunia sebagai alasan untuk berdosa itu sama seperti memilih untuk kembali ke penjara. Ngga masuk akal, dan jelas-jelas itu bukan caranya kasih karunia itu bekerja. Justru kasih karunia-Nya mengajarkan kepada kita untuk mengatakan “tidak” kepada kefasikan.
Saya gembira bahwa buku ‘Hypergrace Gospel’ ini diterima baik di Indonesia dan saya mau berikan penghargaan kepada Pak Adi Wangsa, yang telah menerbitkan buku ini dalam bahassa Indonesia (Pak Adi Wangsa dari Light Publishing – red)
The Hope: Ok, bisa ceritakan sedikit mengenai Anda? Apa sih tentang Anda yang unik dan beda dengan pendeta lainnya?
Paul Ellis: Duabelas tahun yang lalu saya memimpin sebuah gereja dan juga bekerja sebagai seorang Profesor di sebuah Sekolah Bisnis/Manajemen. Saya bekerja 7 hari seminggu dan merasa begitu tertekan sehingga saya sampai terpuruk. Saya pun terpaksa melakukan perubahan yang radikal dan oleh anugerah Tuhan, pada akhirnya saya melakukan sesuatu yang saya sukai lebih dari yang lain – menulis akan kabar baik tentang Yesus.
The Hope: Apa sih yang mendorong Anda untuk menyebarkan Injil Kasih Karunia ini? Apakah ada suatu momen “Aha” yang membebaskan Anda dan mengubah hidup Anda selamanya?
Paul Ellis: Ngga ada sih, satu momen tunggal, tetapi oleh banyak momen yang kecil-kecil. Kehilangan ayah saya dan jatuh sakit, menyadarkan saya, betapa sia-sianya bersandar pada kekuatan sendiri. Saya datang kepada kasih karunia, seperti orang kelaparan datang ke meja perjamuan. Saya ingin agar orang-orang mengetahui, bahwasanya Tuhan itu baik dan Dia sungguh sangat peduli akan kita. Dia bukanlah seperti Tuhan versi agama manusia, yang pemarah dan menghitung segala kesalahan kita. Dia adalah Pencipta langit dan bumi, seperti Yesus adanya. Dia duduk di tahta kasih karunia dan hatinya adalah untuk kita.
The Hope: Misalkan Anda ketemu nih, dengan seorang Kristen, yang kelihatannya sangat lelah dengan beban agamawi, kelihatan sedih dan masam, ke gereja udah kaya nyeret kakinya – terus tiba-tiba Anda bisa dapat kesempatan untuk duduk bersama dengannya, – apa yang akan Anda omongin?
Paul Ellis: Kalau saya ketemu orang macam itu, saya akan minta Roh Kudus untuk kasih kata-kata penghiburan yang bisa bicara langsung kepada situasinya saat itu. Akan tetapi hakekat pesannya akan selalu sama. Tuhan benar- benar mengasihimu sungguh amat sangat. Tidak ada yang dapat kamu lakukan untuk membuatNya mencintaimu lebih lagi dan tidak ada yang dapat kamu lakukan agar Dia kurang mencintaimu. Dia mengasihimu karena Dia adalah Bapamu dan Dia sungguh sangat rindu agar kamu mengetahuinya.
The Hope: Seringkali orang itu bingung dengan banyak ayat-ayat di Alkitab yang kelihatannya kok kaya bertentangan. Kadang-kadang kok sepertinya digambarkan Allah itu permarah dan penuh murka, atau sepertinya kita bisa kehilangan keselamatan kita, namun di ayat yang lain dikatakan bahwa Allah itu kasih dan bahwa kita memiliki hidup kekal. Banyak orang bingung! Bagaimana Injil Hiper-Anugerah ini bisa mewadahi ini?
Paul Ellis: Alkitab itu penuh dengan obat mujarab untuk berbagai kesakitan, akan tetapi membaca Alkitab tanpa memandang Yesus, itu sama seperti makan obat tapi ngga baca labelnya. Salib itu mengubah segalaya. Perjanjian yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Kita perlu memahami, apa yang telah Yesus sudah lakukan dan apa yang membuat perjanjian baru itu baru, itulah yang penting.
The Hope: Para pemimpin gereja sering kali merasa tidak nyaman dengan hiper-anugerah ini dan seringkali melabelinya sebagai antinomian (artinya kita bisa hidup bebas dan tidak bermoral –red). Mereka takut kalau orang-orang menjadi liar dan tidak lagi mau taat kepada Tuhan (atau kepada pemimpin gereja) – bagaimana menurut Anda?
Paul Ellis: Ada dua versi dari hiper-anugerah ini. Ada hiper-anugerah yang Alkitabiah seperti yang Yesus khotbahkan dan Paulus tulis dan ada versi palsu yang disebarkan oleh beberapa majalah Kristen. Kalau kita menyebut Paulus atau pengkhotbah kasih karunia lainnya sebagai antinomian, itu adalah hal yang bebal. Mereka yang mengajarkan kasih karunia justru memandang hukum sebagai hal yang sangat penting. Seperti Paulus, mereka menganggap hukum itu sebagai sesuatu yang benar, kudus dan baik. Sebaliknya mereka yang menyerang kasih karunia seringkali mengkhotbahkan hukum yang murahan. Hukum yang murahan itu mengajarkan bahwa kamu bisa membuat dirimu cukup baik bagi Tuhan. Pandangan yang rendah itu mendorong kita mencari kebenaran sendiri dan menjadikan orang percaya yang suam-suam kuku.
Mereka yang menggunakan prinsip hadiah dan hukuman secara agamawi untuk mengendalikan jemaat, akan ketakutan tentang kasih karunia yang Alkitabiah ini dan bisa dimengerti bahwa mereka akan menolak segala sesuatu yang akan membebaskan orang-orang. Kalau kamu sudah berinvestasi banyak dalam hidupmu bagi sebuah sistem yang memberikan hadiah kalau kita berhasil dan menghukum yang gagal, kita tidak mau mendengar bahwa Tuhan ternyata tidak menghakimi kita sesuai dengan kinerja kita.
Tuhan Yesus tidak mati untuk menyelamatkan agama; Dia mati untuk membebaskan kita. Mengapa kita percaya dan mentaati Tuhan? Karena Tuhan yang baik itu mudah untuk dipercaya dan ditaati. Kalau kita tahu betapa Tuhan ada di pihakmu, masakan kamu tidak mau berbuat apapun yang Dia katakan?
The Hope: Apakah visi dan harapan Anda bagi gereja-gereja di seluruh dunia di dalam kegerakan kasih karunia ini?
Paul Ellis: Saat Barnabas pergi ke Antiokhia, ia melihat bukti kasih karunia Tuhan. Alkitab berkata, “Ia menyaksikan apa yang kasih karunia telah kerjakan” Bayangkan sebuah gereja di mana kasih karunia Tuhan ada di pusat perhatian. Oleh karena kasih karunia Tuhan itu sangat melebihi apa yang bisa kita pikirkan dan bayangkan, saya berharap di dunia ini, gereja-gereja Tuhan akan dikenal sebagai tempat di mana anugerah Allah bisa terlihat. Gereja yang seperti itulah yang akan mengubah dunia.
Ada banyak ayat yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, sepertinya hamba Tuhan belum menghitungnya dengan teliti.
Dalam dogma Kekristenan memang ada aliran Calvinism dan Arminianism. Dan tentunya ada yang di antara keduanya. Monggo saja, ndak apa2, masing2 bisa memilih.