Setelah Yakub tinggal selama sebulan di rumah Laban, maka Laban pun mengusulkan kepada Yakub, “Nak, katakan kamu mau gaji berapa. Kita kan mesti fair ya, walaupun kamu saudaraku, aku tentunya mesti kasih gaji yang pantas buat kamu, masakan kamu kerja gratisan buat aku… “
Wow! Bener-benar baik yah, orangnya! Fair banget, kan! Jarang-jarang kan kalau kamu kerja, boss-nya nawarin, “Ok, kamu mau gaji berapa nih?”
Yakub jatuh cinta pada Rahel. Ia mencintainya dari pandangan pertama, saat matanya tertumbuk pada mata Rahel yang bersinar. Rahel yang berjalan menuntun domba-dombanya menuju sumur saat mereka pertama bersua, dan matanya menatap Yakub, seperti slow-motion video yang abadi terekam di hati Yakub.
Yakub, oh Yakub. Ishak mengabaikannya. Pada usianya yang sudah tua, Ishak tidak melakukan apa-apa baginya, dan kini bahkan ia harus tinggal di negeri orang, tetapi sekarang Yakub mulai melihat masa depannya di depan seorang boss yang baik, dan bahkan calon mertuanya! Everything looks under control. Life is beautiful, finally. There is a closure, at the end.
Maka Yakub pun mengusulkan bahwa dia akan bekerja selama tujuh tahun, sebagai mas kawin untuk memperoleh Rahel. Laban pun menerimanya dengan gembira, malah menambahkan, “Lebih baik saya punya menantu kayak kamu, daripada saya nikahkan dia dengan orang lain.” Wow, semua kelihatan sempurna, jadinya. Mertua cocok, cinta didapat.
Tujuh tahun berlalu laksana beberapa hari bagi Yakub karena bara cintanya pada Rahel. Terus terang, Alkitab jarang menuliskan kisah romantis. Tidak banyak. Jelas, bahwa kisah cinta Yakub adalah salah satu kisah cinta terindah yang tertulis di situ.
Akhirnya hari yang dinanti tiba. Acara wedding sudah disiapkan. Foto pre-wed pun sudah dijepret dengan latar belakang sumur tempat mereka pertama bertemu, undangan sudah disebar, juga lewat instagram. (Sorry, yang ini sedikit ditambahin 😂 )
Pesta itu berlangsung meriah. Sesuai tradisi, dengan minum-minum juga. Yakub yang sudah sedikit (atau banyak) mabuk, masuk ke kamar pengantin untuk menikmati malam pertamanya.
Malam itu berlalu dengan hening. Sisa-sisa makanan dan minuman berserakan.”
Tidak demikian di pagi hari. Keributan besar terjadi di kemah Yakub, ketika didapatinya, wanita yang ditidurinya bukan wanita yang dicintainya. Di sebelahnya terbaring Lea, kakak Rahel.
“Apa yang kau lakukan padaku?” Yakub memprotes Laban dengan marah.
“Tenang, tenang…”Laban menjawab sambil tersenyum sinis. “Menurut tradisi kami, tidak boleh yang muda melangkahi yang tua, jadi kamu harus menikahi yang tua dulu. Bekerjalah untukku tujuh tahun lagi, dan aku akan memberikan Rahel.”
Yakub hanya ternganga. Tidak disangkanya, di atas gunung, masih ada gunung lain, di atas langit ada langit lagi. Masih ada orang yang lebih licik, lihay daripada dirinya.
Belum selesai Yakub menutup mulutnya, Laban masih menambahkan,”Jangan lupa kamu harus selesaikan acara tujuh hari pernikahan ini, aku sudah bikin pesta besar ini dan mengundang semua orang. Awas, jangan malu-maluin aku ya! Aku baru akan kasih Rahel, setelah kamu selesaikan tujuh hari ini.
Dengan muka ditekuk Yakub menjalani tujuh hari itu. Dia tidak mau minum-minum lagi selama pesta, dan cuma tersenyum pahit, setiap orang datang menyalaminya. Kemungkinan dia baru sadar, semua foto pre-wed-nya ternyata di-delete sama mertuanya dan undangan pernikahannya di-edit juga. 🤦♂️🤦♂️
Seringkali kalau sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan, sulit melihat dan mengatakan bahwa Tuhan masih memegang kendali. Mulut kita kelu untuk bilang Tuhan menyertai kita. Buktinya ini atau itu terjadi. Terkadang malah kita berusaha mencari-cari penyebabnya dan menyalahkan diri sendiri. Lalu ada suara-suara menuduh, mungkin karena kita ada dosa ini-itu, makanya kena sial. Mungkin kamu kurang berdoa, mungkin kamu kurang beriman, dan lain-lain.
Judul tulisan ini bahkan seperti bertentangan dengan isi cerita ini. Di mana buktinya Tuhan masih pegang kendali, mengapa Dia biarkan Laban menipu Rahel? Dalam kondisi seperti ini, mudah bagi kita untuk terpuruk, dan berpikir, “Okay, mungkin aku ngga bisa pegang kendali hidupku, sialnya ternyata orang lain bisa mempermainkan hidupku. Di mana Tuhan?”
Terus terang, mencari tahu mengapa adalah sulit dan mungkin kita tidak pernah tahu jawabannya. Yang bisa kita pegang dan percaya, bahwa sungguh Tuhan tidak meninggalkan Yakub, seperti janjinya,” Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi”. Akan ada banyak hal yang tidak akan kita mengerti dan hanya di sorga kelak, kita akan menemukan jawabannya.
Hanya satu hal, yang bisa kita lakukan, tetap percaya bahwa Dia masih pegang kendali. Hal yang Dia tunjukkan di babak kehidupan Yakub berikutnya. Jangan biarkan suara-suara negatif itu menuduh kita. Allah sudah berkenan kepada kita hanya karena dasar kasih karunia, kita sudah dibenarkan oleh darah Kristus. Apapun yang terjadi di dalam hidup kita, tidak akan dapat membatalkan kasih Kristus dan kenyataan bahwa semua dosa dan kesalahan kita sudah ditanggung Dia, dan kita sudah bebas dari segala kutuk dosa. Semakin kita berusaha untuk mencari tahu mengapa sambil melihat ke diri kita sendiri, semakin kita terpuruk. Arahkan pandangan kita pada Yesus, entahlah Dia akan menjelaskan atau tidak, tetap saja faktanya bahwa Dia tidak meninggalkan engkau.
Dia baik, Dia setia. Sekalipun tidak bisa kita lihat sekarang, tidak bisa kita rasakan, di belakang layar, Dia memperhatikan kita dengan cermat, Dia tahu setiap tetes air mata, setiap detik kekecewaan kita, Dia ingin katakan bahwa dalam rancangan besar-Nya, semua itu baik, dan rencana-Nya tidak akan gagal.
Add Comment