Oleh: Henry SL
Salah satu buku di Alkitab yang seringkali dianggap sukar adalah Ibrani, atau surat kepada orang Ibrani. Satu-satunya kitab atau surat yang tidak diketahui jelas siapa penulisnya. Seringkali kita mengutip beberapa ayat terkenal dari kitab ini, misalnya mengenai pahlawan iman atau juga ayat yang mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan persekutuan; biasanya ayat ini dicantumkan dalam undangan persekutuan atau kebaktian, kan? Namun surat ini seringkali juga dianggap mengerikan oleh orang Kristen mengenai soal kepastian keselamatan di Ibrani 6 dan Ibrani 10. Sebab itu banyak orang Kristen yang menghindari kitab Ibrani ini.
Surat Ibrani ini tidak mencantumkan penulisnya, tidak juga menuliskan salam pembukaan seperti surat-surat Paulus lainnya. Ada yang mengatakan Paulus penulisnya, atau Lukas, atau Barnabas. Martin Luther berpendapat, kemungkinan adalah Apollos. Entahlah, yang pasti, penulisnya menulis dengan tata bahasa Yunani yang baik.
Kapan surat ini ditulis? Kemungkinan di antara tahun 40-60. Timotius masih hidup pada saat surat ini ditulis (Ibr 13:23) dan bahwasanya penulis tidak menyinggung soal kehancuran Bait Allah, berarti surat ini ditulis sebelum tahun 70.
Tidak seperti surat-surat Paulus lainnya, surat ini tidak memberikan kejelasan kepada siapa surat ini ditulis. Surat-surat Paulus, jelas ditujukan kepada jemaat di Roma, Efesus, Galatia, dan lain-lain, misalnya. Suat ini juga meninggalkan satu petunjuk, bahwa surat ini ditulis kepada orang Ibrani pada masa itu, dan penulis menggunakan banyak pengetahuan dan cerita dari hukum Taurat dan kisah-kisah yang mereka sangat kenali dan terbiasa. Satu hal penting yang perlu kita ketahui, surat ini ditujukan kepada orang-orang Ibrani pada waktu itu, bukan hanya kepada mereka yang menjadi orang percaya atau jemaat gereja, tetapi juga termasuk orang-orang Ibrani yang belum percaya, kepada mereka yang melihat dan bersentuhan dengan mukjizat para Rasul (atau bahkan Yesus sendiri!), tetapi mereka masih belum memutuskan untuk percaya pada-Nya. Pengertian ini penting, karena dengan demikian kita bisa memahami bagaimana surat yang ditujukan kepada orang Ibrani ini, juga berguna bagi kita saat ini, orang Indonesia di abad 21 ini.
Kalau kita membedah surat ini, kurang lebih bisa dibagi dengan kerangka sebagai berikut:
I. Keilahian Tuhan Yesus ( lebih tinggi daripada para nabi, malaikat, Musa dan Harun)
II. Nasehat penghiburan (Anugerah penebusan, iman dan nasehat lainnya).
Ada banyak referensi atau kilas balik ke dalam perjanjian Lama dan hukum Taurat, dan satu hal yang mendasar – justru surat ini hakekatnya menekankan bahwa hukum-hukum perjanjian Lama ini sudah digenapi dengan sempurna oleh Kristus.
Oleh anugerah.
Oleh kasih karunia.
Oleh darah di atas salib.
Dan apakah yang kita takutkan jika kita melihat cucuran darah di kayu itu? Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut.” Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, akan memperlengkapi kita dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:6,20,21).
Add Comment