Ulasan RCL

Ulasan Bahan Khotbah RCL Yohanes 6:35, 41-51

Ditulis oleh: AAS (Dimuat seizin penulis).

6:35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.”
6:42 Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?”

6:43 Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut.
6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
6:45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
6:46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

A. Konteks

Konteks terdekat Yohanes 6:35, 41-51 adalah perikop Yohanes 6:25-59 yang diberi judul “Roti hidup” (TB1) atau “Roti kehidupan” (TB2).

Selanjutnya, konteks perikop Yohanes 6:25-59 adalah keseluruhan pasal 6.

Yohanes 6:1-15 “Yesus memberi makan lima ribu orang”
Yohanes 6:16-21 “Yesus berjalan di atas air”
Yohanes 6:22-24 “Orang banyak mencari Yesus”
Yohanes 6:25-59 “Roti kehidupan”
Yohanes 6:60-66 “Banyak murid mengundurkan diri”
Yohanes 6:67-71 “Pengakuan Petrus”

Episode “Roti Kehidupan” itu adalah lanjutan dari episode mukjizat “Yesus memberi makan 5.000 orang” dan lanjutan itu dapat ditafsirkan sebagai refleksi atas mukjizat tersebut karena Yohanes kemudian berbicara tentang Yesus sebagai roti kehidupan.

Mukjizat atas roti jasmaniah itu adalah “tanda” (Yun. semeion) bagi roti rohaniah (Yesus) yang memberi kehidupan kekal.

Tim RCL mengikutsertakan (lagi) ayat 35.
Mungkin maksudnya mengingatkan pengkhotbah bahwa bahan khotbah ini masih berbicara tentang “Roti Kehidupan”.

B. Permasalahan tentang tokoh lawan bicara Yesus

Sekalipun dipisah-pisahkan ke dalam perikop yang berbeda atau tersendiri, dalam bentuk “cerita”, Yohanes 6:25-59 sebenarnya masih satu cerita dengan dua perikop berikutnya, Yohanes 6:60-66 dan Yohanes 6:67-71.

6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Jadi, sebagai satu cerita, tokoh “murid-murid Yesus” (bukan kelompok 12) ternyata ikut mendengarkan percakapan Yesus dengan orang lain di perikop sebelumnya (ay. 25-59).

Selanjutnya, di perikop 67-71, ternyata tokoh “kelompok 12 murid Yesus” juga ikut mendengarkan semua percakapan dari perikop sebelumnya sebagaimana tersirat dari pertanyaan Yesus di ayat 67.

6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul sehubungan dengan percakapan Yesus yang panjang di Yohanes 6:25-71, siapa saja sebenarnya yang bercakap-cakap dengan Yesus?

Pertanyaan itu tidak mudah dijawab.

B.1. Kasus 1

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?

Siapakah “mereka” yang meminta tanda kepada Yesus di Yohanes 6:30 itu?

Sy sudah membahasnya dalam ulasan bahan khotbah Minggu yang lalu, di bagian yang sy beri judul “Meminta tanda (lagi)?”

Menurut sy, berdasarkan motif tersirat mereka di ayat 31 dan kritik Yesus di ayat 26, tokoh “mereka” di ayat 30 adalah tokoh “orang banyak” yang mencari Yesus sejak ayat 22.

Namun, ada juga penafsir yang berpendapat bahwa “mereka” di ayat 30 itu berbeda dari “orang banyak” sebab seandainya dianggap sama, muncul kesan mereka itu lupa ingatan: “Kok minta tanda lagi?”

Menanggapi keberatan itu, menurut sy, mereka minta tanda lagi yang lebih khusus, yaitu roti dari Surga seperti yang dialami nenek moyang mereka.

Hal itu terungkap di ucapan mereka yang berikutnya (ay. 31).

6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

B.2. Kasus 2

6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.”

Apakah tokoh “orang Yahudi” yang bersungut-sungut itu sama dengan tokoh “orang banyak” yang mencari Yesus di awal cerita percakapan ini?

Menurut sy, tidak sama.

Alasan sy:

  1. Penyebutan nama tokoh yang berbeda dan lebih spesifik: “orang Yahudi”.

Pada awal cerita, tokoh yang disebut “orang Yahudi” belum ada.

Mereka baru dimunculkan di tengah cerita.

Kok bisa “tiba-tiba” gitu?

Bisa saja, suka-suka pengarang.

Contoh lainnya: tokoh “murid-murid Yesus” dan tokoh “dua belas murid Yesus” juga tiba-tiba dimunculkan di akhir percakapan itu (ay. 60-66; 67-71).

Itu jawaban dari titik-pandang “Lisensi Penulis” atau kebebasan yang dimiliki penulis.

Sedangkan jawaban dari pendekatan Kritik Historis: penulis tampaknya menyusun pasal 6 ini dari berbagai sumber dan/atau dalam beberapa kali penulisan.

Akibatnya, selain muncul beberapa tokoh dengan topik percakapannya masing-masing, kadang masih terlihat juga “tambal-sulam”-nya, misalnya di akhir percakapan itu (ay. 59).

6:59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

Nah lu, kok “di rumah ibadat”?

Bukankah, di awal cerita, percakapan itu kesannya terjadi di dekat pantai danau?

6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.
6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”

Itulah awal ceritanya.

Lalu, bukankah sepanjang percakapan dari ayat 25 sampai dengan ayat 58 tidak ada informasi bahwa Yesus masuk ke sinagoge untuk mengajar?

Nah, itulah bukti tambal-sulam yang kurang mulus.

  1. Perbedaan karakterisasi tokoh “orang banyak” dan tokoh “orang Yahudi”

Tokoh “orang banyak” lebih digambarkan positif ketimbang tokoh “orang Yahudi”.

Walaupun belum menjadi orang percaya, tokoh “orang banyak” terkesan lebih terbuka terhadap Yesus dan belum sampai pada tahap menolak Yesus.

Sebaliknya, tokoh “orang Yahudi” terkesan lebih tertutup terhadap Yesus, bahkan sudah sampai pada tahap menolak Yesus (6:42).

6:42 Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?”

  1. Perbedaan sikap Yesus kepada “dua” tokoh itu juga berbeda.

Yesus lebih terkesan menjaga jarak atau membuat jarak terhadap tokoh “orang Yahudi”.

Yesus mengatakan “nenek moyangmu” beberapa kali kepada tokoh “orang Yahudi” itu (6:49, 58).

Ungkapan “nenek moyangmu” itu bisa dimaknai: nenek moyang kita berbeda dan itu berarti aku dan kamu (kalian) berbeda.

B.3. Kesimpulan

Dalam percakapan Yesus di Yohanes 6:25-71, ada 4 tokoh cerita yang menjadi lawan bicara-Nya.

  1. Tokoh “orang banyak” (ay. 25-40)
  2. Tokoh “orang Yahudi” (ay. 41-59)
  3. Tokoh “murid-murid Yesus (bukan kelompok 12) (ay. 60-66)
  4. Tokoh “dua belas murid Yesus” (ay. 67-71)

Jadi, dalam bahan khotbah Yohanes 6:41-51, Yesus bercakap-cakap dengan tokoh kedua, “orang Yahudi”.

6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia ….
6:43 Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut.

Sikap orang Yahudi yang bersungut-sungut itu tampaknya sengaja dibuat Yohanes supaya pembacanya teringat pada “nenek moyang” mereka yang suka bersungut-sungut dalam Eksodus yang dipimpin Musa.

Nenek moyang mereka bahkan mengeluhkan perihal manna juga (Bil. 11:4-6).

(TB2)
11:4 Segerombolan orang yang ada di antara mereka sangat menginginkan daging; dan orang Israel pun menangis serta berkata, “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
11:5 Kita teringat pada ikan yang kita makan di Mesir tanpa bayar, pada mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah, dan bawang putih.
11:6 Tetapi, sekarang kita kurus kering, tidak ada apa pun kecuali manna ini saja yang kita lihat.”

C. Yesus dilahirkan secara normal di Nazaret

C.1. Anak Yusuf

6:42 Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?”

Tokoh “orang Yahudi” yang bercakap-cakap dengan Yesus itu tidak percaya kepada Yesus karena mereka merasa mengenal siapa Yesus dan siapa orangtuanya.

Alasan penolakan di Kapernaum itu sama dengan alasan penolakan di Nazaret versi Injil-injil sinoptik (Mrk. 6:3; Mat. 13:55; Luk. 4:22).

Berhubung muncul di empat Injil, “asal-usul” Yesus mungkin benar-benar menjadi batu sandungan untuk orang menjadi percaya kepada Yesus di zaman jemaat awal.

Namun, penulis Injil Yohanes tampaknya cukup “pede” sehingga ia merasa tidak perlu membuat cerita Natal yang penuh keajaiban seperti di Injil Matius dan Lukas, misalnya, Yesus dikandung tanpa ayah biologis dan Yesus dikandung oleh seorang perawan atau gadis yang belum berhubungan seksual.

Di Injil Yohanes, kelahiran Yesus dari segi biologis tampaknya “biasa-biasa saja” atau normal.

Yesus tampaknya dianggap benar-benar anak biologis Yusuf.

Oleh karena itu, tidak ada sanggahan untuk pertanyaan retorik:
“Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal?” (Yoh. 6:42).

Sedangkan, ibu Yesus tidak pernah disebut (siapa) namanya.

Yohanes tampaknya tidak tahu siapa nama ibu Yesus dan menganggapnya tidak penting sehingga tidak perlu dicari tahu juga siapa namanya.

Ibu Yesus hanya disebut “Ibu Yesus” dan hanya ditampilkan dua kali;
kali pertama di awal pelayanan Yesus saat Yesus membuat tanda (mukjizat) pertama di Kana (2:1-12) dan kali kedua di akhir pelayanan Yesus saat Yesus dimuliakan di atas salib (19:25-27).

Di dunia cerita, hanya ibu Yesus yang ditampilkan sebagai tokoh cerita, sedangkan ayah Yesus tidak pernah ditampilkan.

“Ayah Yesus” hanya namanya saja yang disebutkan (“Yusuf”) dalam ucapan tokoh “orang Yahudi” yang menjadi lawan Yesus karena mereka tidak percaya kepada Yesus (6:42).

Yusuf, ayah Yesus, tidak pernah ditampilkan sebagai tokoh cerita yang melakukan sesuatu di dalam “dunia cerita” Injil Yohanes.

Tampaknya Yohanes sengaja memberi kesan bahwa orangtua atau asal-usul biologis bukanlah hal yang penting untuk dibicarakan sekalipun Yohanes juga tidak membantah bahwa secara biologis Yesus memang anak mereka.

Yohanes lebih ingin menekankan bahwa secara teologis Yesus adalah “Anak Allah”.

C.2. Dilahirkan dan dibesarkan di Nazaret

7:40 Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.”
7:41 Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!
7:42 Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.”
7:43 Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.

Berdasarkan Yohanes 7:42 itu dapat disimpulkan bahwa Yohanes tampaknya tidak asing dengan tradisi atau keyakinan orang pada zamannya bahwa Mesias itu keturunan Daud dan dilahirkan di Betlehem–dua kesamaan dalam dua cerita Natal yang berbeda di Injil Matius dan Lukas.

Namun, penulis Injil Yohanes tampaknya tidak punya teologi atau obsesi untuk menjadikan Yesus keturunan Daud dan dilahirkan di Betlehem.

Penulis Yohanes tampaknya tidak mau bersusah payah untuk “membuat” Yusuf menjadi keturunan Daud seperti dalam “Silsilah Yesus” buatan Matius dan Lukas.

Ia juga tidak berusaha “membuat” Yesus dilahirkan di Betlehem seperti dalam cerita “Natal” buatan Matius dan Lukas.

Yusuf versi Yohanes tampaknya hanya orang kebanyakan, bukan keturunan raja.

Sehubungan dengan itu, Yohanes tampaknya menerima begitu saja (dari tradisi) bahwa “Yesus orang Nazaret”.

Sebutan “Yesus orang Nazaret” itu tampaknya diartikan: Yesus dilahirkan dan dibesarkan di Nazaret.

1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”
1:46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
1:47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!

Sebagaimana tersirat dalam ucapan tokoh Natanael, Yohanes tampaknya juga sadar bahwa pada zaman itu “Nazaret” bukanlah tempat penting yang layak diperhitungkan.

Nazaret tidak sepenting Betlehem (7:42).

Sekalipun demikian, Yohanes tetap “pede” untuk tidak mengubah apapun mengenai asal-usul Yesus.

Ia bahkan “menantang” orang yang meragukan Yesus karena asal-usul-Nya yang sederhana itu untuk berjumpa langsung dengan Yesus:
“Mari dan lihatlah!”

Tampaknya Yohanes ingin mengajak orang untuk tidak menilai Yesus dari asal-usul biologis atau latar belakang sosialnya.

Memang benar bahwa secara biologis Yesus itu anak Yusuf dan ia dilahirkan di Nazaret sebagai “orang kebanyakan”, tapi Yesus lebih dari itu.

Secara teologis, Yesus adalah “Anak Allah” dan asal-usulnya dari atas, dari Surga.

D. Anugerah Allah mendahului iman

6:43 Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut.
6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
6:45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
6:46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Ucapan tokoh Yesus di Yohanes 6:44-47 tampaknya mengungkapkan teologi Keselamatan di Injil Yohanes, yaitu bahwa keselamatan diprakarsai oleh Allah.

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Yesus dan diselamatkan jika ia tidak ditarik oleh Allah Bapa (ay. 44).

Jadi, Allah Bapa yang pertama-tama menarik orang untuk datang kepada Yesus, Anak-Nya.

Selanjutnya, keselamatan menuntut tanggapan positif (iman) dari orang yang ditarik Allah Bapa itu.

“Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (ay. 47).

Jika orang itu menjadi beriman atau percaya kepada Yesus, ia memperoleh hidup yang kekal.

Hidup kekal itu pertama-tama dialaminya “sekarang” dan kemudian juga “nanti” ketika ia dibangkitkan pada Akhir Zaman (ay. 44).

Sekalipun hidup kekal itu berdimensi waktu (“abadi”), Yohanes tampaknya lebih suka menekankan kualitasnya, yaitu relasi orang percaya dengan Allah Bapa dan Anak-Nya, Yesus (Yoh. 17:3).

17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

E. Siapa yang akan dibangkitkan pada Akhir Zaman?

Selain di Yohanes 6:44, tokoh Yesus juga berjanji bahwa Ia akan membangkitkan orang yang percaya kepada-Nya di beberapa bagian Yohanes lainnya, misalnya:

6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.

6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Berdasarkan janji Yesus itu, ada kesan kuat bahwa orang yang dibangkitkan hanyalah orang yang percaya kepada Yesus karena kebangkitan itu berkaitan dengan kehidupan kekal (abadi).

Sedangkan, orang yang tidak percaya kepada Yesus tampaknya tidak akan dibangkitkan.

Namun, dalam hal ini penulis Injil Yohanes tampaknya tidak konsisten.

Di Yohanes 5:28-29, ada juga ucapan Yesus mengenai kebangkitan universal: berlaku untuk semua orang mati.

5:27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.
5:28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,
5:29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Semua orang yang sudah mati akan dibangkitkan lalu dihakimi: yang berbuat baik akan hidup kekal dan yang berbuat jahat akan dihukum.

Ketidak-konsistenan itu pada gilirannya mendukung dugaan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh beberapa penulis dan ditulis dalam beberapa tahapan.

F. Perbedaan roti kehidupan dan manna

6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

TB2 sudah memperbaiki terjemahan “ego eimi ho artos tes zoes” (Yun.) di ayat 48 itu menjadi “Akulah roti kehidupan”.
Artinya, Yesus adalah roti yang memberi kehidupan.

Sedangkan di ayat 51, terjemahan “Akulah roti hidup” tetap dipertahankan TB2 sebab teks Yunaninya (“ego eimi ho artos ho zon”) dan konteksnya memang berbeda.

Ucapan Yesus di ayat 49 itu tampaknya “menggemakan” ucapan lawan bicaranya di ayat 30-31.

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

Dalam ucapan tokoh “orang banyak” itu, ungkapan “nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun” bersifat positif karena hal itu dimaknai sebagai mukjizat khusus, apalagi dikaitkan dengan teks Kitab Suci: “seperti ada tertulis ….” (ay. 31; Kel. 16:4-5).

Namun, dalam ucapan tokoh Yesus, ungkapan itu bersifat negatif.

“Benar bahwa nenek moyang kalian sudah makan manna di padang gurun,
dan … mereka semua sudah mati!
Jadi, manna yang kalian anggap tanda istimewa itu hanyalah roti biasa.”

Yesus pun menegaskan perbedaan “roti kehidupan” yang diberikan-Nya:
(1) roti hidup yang turun dari Surga dan
(2) yang memakannya akan hidup selama-lamanya.

Eksodus kedua yang dipimpin Yesus berbeda kualitas dari Eksodus pertama yang dipimpin Musa.

G. Dari metafora “roti” beralih ke metafora “daging”

6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Mengapa Yohanes beralih dari metafora “roti” ke metafora “daging” di ayat 51?

Yohanes beralih dari “roti” ke “daging” mungkin karena ia ingin menanggapi “sungut-sungut” orang Yahudi di awal bagian ini (6:41), yang tampaknya memang sengaja dibuat “bersungut-sungut” oleh Yohanes untuk mengingatkan pembacanya pada “sungut-sungut nenek moyang” mereka ketika mengembara di padang gurun dalam Eksodus pertama, Eksodus Israel-lama (Kel. 16:3).

16:2 Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun;
16:3 dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”

Dalam konteks “Eksodus pertama” itu, sungut-sungut tentang daging dan roti itu ditanggapi oleh Allah (Kel.16:12).

16:12 “Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.”

Jadi, Allah memberikan mereka daging dan roti supaya mereka tidak mati kelaparan.

Dalam konteks Eksodus kedua bagi Israel-baru, Yesus adalah roti dan daging yang dianugerahkan Allah.

Pada gilirannya, anugerah keselamatan itu harus “dimakan” atau ditanggapi dengan iman agar manusia dapat mengalami hidup kekal (kualitas) dan hidup abadi (kuantitas) dalam persekutuan dengan Yesus dan Allah Bapa (Yoh. 6:50-51).

“Kuberikan untuk hidup dunia” (Yoh. 6:51) berarti anugerah Allah itu tidak lagi dibatasi pada bangsa Israel atau bangsa Yahudi.

“Israel-baru” itu tidak eksklusif tetapi inklusif karena lingkupnya “dunia” (Yun. kosmos, Ingg. world).

H. Penutup

Sekalipun benar bahwa Yesus adalah anak Yusuf sebagaimana yang dikenal orang Yahudi, Yesus lebih dari itu.

Yesus adalah roti dan daging yang dianugerahkan Allah untuk keselamatan dunia dalam Eksodus kedua.

Tidak seperti manna dalam Eksodus pertama bagi Israel-lama, roti dan daging Yesus dalam Eksodus kedua bagi Israel-baru itu akan membuat orang yang memakannya mengalami kehidupan kekal (kualitas) dan abadi (kuantitas).

Sending
User Review
0 (0 votes)
Tags

Add Comment

Klik sini untuk komentar