Ditulis oleh: AAS (Dimuat seizin penulis).
6:1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.
6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.
6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.
6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.
6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”
6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
6:9 “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”
6:10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”
6:13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”
6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu
6:17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka,
6:18 sedang laut bergelora karena angin kencang.
6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.
6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!”
6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
A. Konteks
Bahan khotbah RCL Yohanes 6:1-21 terdiri dari dua perikop:
Yohanes 6:1-15 “Yesus memberi makan lima ribu orang”
Yohanes 6:16-21 “Yesus berjalan di atas air”
Keduanya adalah cerita mukjizat kuasa Yesus atas alam.
Konteks terdekatnya tampaknya keseluruhan pasal 6.
Yohanes 6:22-24 “Orang banyak mencari Yesus”
Yohanes 6:25-59 “Yesus adalah Roti kehidupan”
Yohanes 6:60-66 “Banyak murid mengundurkan diri”
Yohanes 6:67-71 “Pengakuan Petrus”
Jadi, di satu sisi, kedua perikop cerita mukjizat di awal pasal 6 itu memang bisa dimaknai pada dirinya masing-masing.
Namun, di sisi lain, pemaknaannya yang lebih “lengkap” tampaknya baru dapat dilakukan dengan mengikutsertakan perikop-perikop sesudahnya yang akan mencapai klimaksnya pada perikop “Pengakuan Petrus” (6:67-71).
Dalam konteks pasal 6, kedua perikop awal itu seakan-akan berfungsi sebagai bahan refleksi bagi perikop-perikop selanjutnya, yaitu bahan refleksi teologis mengenai siapa Yesus yang sesungguhnya.
B. Keunikan Yohanes 6
Yohanes pasal 6 itu dapat dikatakan “unik” karena sangat mirip dengan Injil-injil sinoptik.
Dibanding pasal-pasal lainnya di Injil Yohanes, urutan cerita di pasal 6 itu yang paling mirip dengan urutan cerita di Injil-injil sinoptik, misalnya, dengan Injil Markus yang menjadi sumber untuk kedua Injil sinoptik lainnya.
Berikut ini kemiripan urutan ceritanya:
- “Yesus memberi makan lima ribu orang” – Yohanes 6:1-15//Markus 6:30-442. “Yesus berjalan di atas air” – Yohanes 6:16-21//Markus 6:45-54
- “Permintaan suatu tanda” – Yohanes 6:25-34//Markus 8:11-13
- “Pengajaran tentang roti” – Yohanes 6:35-59//Markus 8:14-21
- “Pengakuan Petrus” – Yohanes 6:67-71//Markus 8:27-30
Sekalipun urutan ceritanya mirip, isi cerita atau teologinya berbeda karena kedua penulis Injil itu memang bukan sedang menulis laporan historis jurnalistik, melainkan sedang menulis kesaksian iman mereka masing-masing.
Mengenai kemiripan urutan di pasal 6 Injil Yohanes itu padahal penulisnya tidak menggunakan Injil Markus sebagai sumber tulisannya, si penulis tampaknya memiliki “bahan tradisional” yang sama dengan “bahan tradisional” yang dimiliki penulis Injil Markus.
C. Cerita mukjizat ala Yohanes
Secara keseluruhan, Injil Yohanes “hanya” memiliki tujuh cerita mukjizat.
Namun, sekalipun hanya ada tujuh, ketujuhnya meliputi setengah dari Injil Yohanes (psl. 2-11).
Perinciannya sebagai berikut.
- “Yesus mengubah air biasa menjadi air anggur di pesta perkawinan Kana” (Yoh. 2:1-11)
- “Yesus menyembuhkan anak pegawai istana” (Yoh. 4:46-54)
- “Yesus menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda pada hari Sabat” (Yoh. 5:1-18)
- “Yesus memberi makan lima ribu orang” (Yoh. 6:1-15)5. “Yesus berjalan di atas air” (Yoh. 6:16-21)
- “Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir” (Yoh. 9:1-12)
- “Yesus membangkitkan Lazarus” (11:1-44)
Bahan khotbah RCL Yohanes 6:1-21 adalah dua cerita mukjizat yang ke-4 dan ke-5.
Kedua mukjizat itu dapat dikategorikan sebagai mukjizat atas alam.
Berbeda dari teologi mukjizat Markus yang sering kali menuntut adanya iman dari pihak yang mengharapkan mukjizat itu terjadi, teologi mukjizat Yohanes tidak demikian.
Yohanes menggunakan istilah khusus untuk mukjizat Yesus, yaitu “tanda” (Yun. semeion, semeia).
Jadi, dalam teologi mukjizat Yohanes, mukjizat Yesus itu adalah “tanda” (signs) yang merujuk ke diri Yesus atau yang menyingkapkan siapa Yesus sebenarnya.
Yesus memberikan “tanda” (mukjizat) itu supaya orang mengenal siapa diri-Nya dan menjadi percaya.
Jadi, berbeda dari teologi Markus (iman dulu, baru mukjizat), teologi Yohanes: mukjizat dulu, baru iman.
Hal itu dinyatakan secara eksplisit di Yohanes 20:31.
20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,
20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Berdasarkan Yohanes 20:30-31 dan tujuh cerita mukjizat (terpilih) di Injil Yohanes, penulis Injil Yohanes diduga memiliki sumber tertulis (kitab) yang berisi kumpulan cerita-cerita mukjizat Yesus.
Dalam kumpulan cerita mukjizat di Markus 4:35-5:43, ada empat kategori mukjizat kuasa Yesus,
yaitu: mukjizat atas alam, mukjizat pengusiran setan, mukjizat penyembuhan penyakit, dan mukjizat kebangkitan.
Dari empat kategori mukjizat itu, satu-satunya kategori yang tidak ada di Injil Yohanes adalah mukjizat pengusiran setan.
Tidak ada cerita tentang Yesus mengusir roh jahat atau setan di Injil Yohanes.
Jadi, dari segi pengajaran, Yesus versi Yohanes tidak mengajarkan perumpamaan “Kerajaan Allah” seperti di Injil-injil sinoptik, dan dari segi tindakan, Yesus versi Yohanes tidak melakukan pengusiran setan (exorcisms).
Apakah itu berarti Yohanes tidak punya konsep tentang kerasukan roh jahat atau setan?
Tidak dapat disimpulkan demikian sebab tuduhan bahwa Yesus gila dan kerasukan setan seperti yang dimuat di Markus 3:21-22 juga ada di Yohanes 10:20.
Juga ada cerita tentang Yudas yang kerasukan Iblis di Yohanes 13:27.
D. Ego eimi
Yesus versi Yohanes suka menyebut diri-Nya sendiri dengan frasa “ego eimi” (Yun.) yang sering diterjemahkan menjadi “I am” (Ing.) dan “Aku adalah” atau “Aku ada”.
Frasa itu tampaknya merujuk ke ungkapan diri Allah di Perjanjian Lama, misalnya di Keluaran 3:14.
(TB1)
3:13 Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? — apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
3:14 Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
(BIS)
3:14 Kata Allah, “Aku adalah AKU ADA. Inilah yang harus kaukatakan kepada bangsa Israel, Dia yang disebut AKU ADA, sudah mengutus saya kepada kamu.
Di Yohanes 6:20 yang menjadi bahan khotbah RCL, frasa itu juga muncul.
6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.
6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!”
TB2: Namun, Ia berkata kepada mereka, “Ini Aku, jangan takut!”
Frasa “Aku ini” (TB1) atau “ini Aku” (TB2) diterjemahkan LAI dari “ego eimi” (Yun.).
Selain ungkapan “ego eimi” yang berdiri sendiri seperti di Yohanes 6:20 itu, Yohanes juga suka memperluasnya dengan tambahan berbagai metafora untuk mengungkapkan (siapa) diri Yesus.
Misalnya:
“Aku adalah (ego eimi) roti kehidupan” (6:35).
“Aku adalah (ego eimi) terang dunia” (8:12).
“Aku adalah (ego eimi) pintu” (10:7, 9).
“Aku adalah (ego eimi) gembala yang baik” (10:11).
“Aku adalah (ego eimi) kebangkitan dan kehidupan” (11:25).
“Aku adalah (ego eimi) jalan dan kebenaran dan kehidupan” (14:6).
“Aku adalah (ego eimi) pokok anggur yang benar” (15:1).
Melalui penggunaan “ego eimi” secara khas itu, Yohanes tampaknya ingin mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada dunia atau Yesus adalah penyataan diri Allah (revelation).
E. Tafsir Yohanes 6:1-15
Sekalipun sepintas lalu cerita mukjizat “Yesus memberi makan 5.000 orang” di Injil Yohanes itu sama dengan cerita mukjizat yang diberi judul sama di Injil-injil sinoptik (Mrk. 6:30-44 dan paralelnya), perincian cerita dan teologinya berbeda.
E.1. Setting tempat: Danau Tiberias dan gunung
Di Injil Markus, setting tempat untuk mukjizat pelipat-gandaan roti dan ikan itu adalah “tempat yang sunyi” (TB1) atau “terpencil” (TB2) karena pada waktu itu Yesus dan para murid sebenarnya ingin mencari kesempatan untuk beristirahat (6:31-32).
Pemberian makan 5.000 orang di Injil Markus lebih terkesan sebagai suatu hal yang “spontan” karena mukjizat itu terjadi dalam kaitannya dengan belas kasihan Yesus (6:34).
Di Injil Yohanes, setting tempatnya pertama-tama adalah Danau Tiberias (6:1).
Danau Tiberias adalah nama lain dari Danau Galilea berdasarkan tepi baratnya yang berdekatan dengan kota Tiberias.
Jadi, mukjizat pelipat-gandaan roti dan ikan itu terjadi di dekat kota Tiberias (bnd. 6:23).
Mengapa Tiberias?
Di seluruh PB, nama “Tiberias” itu hanya muncul di Injil Yohanes (6:1, 23; 21:1).
Artinya, kota atau tepi danau Tiberias tampaknya hanya disukai oleh (para) penulis Injil Yohanes.
Sedemikian disukainya kota atau tepi danau Tiberias itu sehingga sesudah kebangkitan-Nya, Yesus diceritakan menampakkan diri di pantai Danau Tiberias (21:1).
Jadi, di dunia nyata, para penulis Injil Yohanes tampaknya memiliki hubungan sosial-historis dengan kota atau tepi danau Tiberias itu.
Itulah jawaban untuk pertanyaan “mengapa Tiberias?”
Setting tempat kedua yang mungkin lebih bermakna teologis adalah “gunung” atau lebih tepatnya “di atas gunung” (6:3).
6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
Tokoh Yesus yang naik ke atas gunung itu tampaknya merujuk ke tokoh Musa yang naik ke atas gunung.
Namun, berbeda dari Musa yang naik untuk mewakili umat Israel di hadapan Allah, Yesus tampaknya naik untuk mewakili Allah di hadapan umat Israel.
Yesus adalah Musa baru bagi umat Israel yang baru sekaligus Yesus adalah penyataan Allah yang baru.
Selanjutnya, mengapa Yesus duduk (6:3)?
Tampaknya Yohanes ingin mengatakan bahwa mukjizat pemberian makan 5.000 orang adalah sebuah perjamuan makan dan perjamuan itu diselenggarakan oleh Yesus sendiri dengan sengaja, bukan dengan spontan karena belas kasihan.
Perjamuan makan atau “perjamuan Tuhan” versi Yohanes itu bukan terjadi di akhir Injil seperti versi Injil-injil sinoptik, melainkan terjadi di awal Injil.
“Perjamuan Tuhan” versi Yohanes itu bukan terjadi di sebuah ruangan tertutup di Yerusalem, melainkan di sebuah ruang terbuka di atas gunung, dekat Tiberias.
Ucapan Yesus mengenai “makan daging dan minum darah-Nya” yang mirip dengan ucapan Yesus di perjamuan malam terakhir versi Injil-injil sinoptik ditempatkan Yohanes di pasal 6 sebagai refleksi atas mukjizat pemberian makan 5.000 orang itu (6:51-58).
Sehubungan dengan itu, perjamuan makan terakhir versi Yohanes adalah pembasuhan kaki para murid, bukan “perjamuan Tuhan” atau “perjamuan kudus” dengan pemecahan roti dan pemberian air anggur ala Injil-injil sinoptis (Yoh. 13:1-20; Mrk. 14:12-25).
E.2. Setting waktu: menjelang Paskah
6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.
Tampaknya ada dua alasan mengapa setting waktunya “sudah dekat Paskah”.
Pertama, Yohanes ingin mengangkat tema “Paskah” di pasal 6 ini.
Yohanes ingin mengganti “Paskah orang Yahudi” itu dengan “Paskah Yesus” atau “Eksodus kedua”.
Dalam Paskah Yesus atau Eksodus kedua ini, Yesus sendiri yang menjadi “Anak Domba Allah” yang menghapus dosa dunia (1:29).
Dalam “Paskah Yesus”, bukan Yerusalem dan Bait Allah yang menjadi pusat ibadah, melainkan diri Yesus sendiri yang adalah Bait Allah yang baru (2:21).
Mungkin itu juga sebabnya Yohanes sampai dua kali mengatakan “orang banyak berbondong-bondong mengikuti Yesus” dan “orang banyak berbondong-bondong datang kepada Yesus” (6:2, 5).
Artinya, sekalipun sudah dekat Paskah, orang banyak itu tidak berbondong-bondong ke Yerusalem dan Bait Allah, tetapi mereka justru berbondong-bondong ke Yesus.
Kedua, Yohanes tampaknya ingin menghubungkan tema “Paskah Yahudi” dan tema “perjamuan Tuhan” (Kristen).
Sehubungan dengan maksud itu, metafora “roti” kemudian diubah atau disatukan dengan metafora “daging dan darah” Yesus (6:51-58).
Jadi, dalam “perjamuan Tuhan” (Kristen), umat menghayati kematian atau pengurbanan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang dibantai pada hari Paskah (Eksodus kedua) dengan “makan daging dan minum darah”-Nya atau dengan “menyatu” dengan Yesus.
Akibat dari kesatuan dengan Yesus itu adalah umat mengalami kehidupan kekal pada masa kini dan akan dibangkitkan pada Akhir Zaman.
6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
E.3. Perjamuan Tuhan ala Nabi Elisa
E.3.1. Perjamuan Tuhan
Selain gestur “duduk” dari Yesus dan para murid-Nya (6:3), para tamu juga diperintahkan untuk duduk.
6:10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
Ketika semua orang duduk dan makan, lengkaplah sudah gambaran sebuah perjamuan makan.
Untuk menegaskan bahwa perjamuan makan itu diselenggarakan khusus oleh Yesus sendiri, Yohanes menyingkirkan peran para murid Yesus dalam membagi-bagikan roti jelai dan ikan.
Yesus sendiri yang membagikan roti jelai dan ikan itu kepada lebih 5.000 orang tamu-Nya(!).
6:10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”
6:13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
Jadi, peran para murid hanyalah mengumpulkan sisa makanan.
E.3.2. Ala Nabi Elisa
Dari sejumlah perbedaan cerita mukjizat “Pemberian makan 5.000 orang” di antara Injil Yohanes dan Injil-injil sinoptik, ada dua perbedaan yang tampaknya tidak dapat diabaikan.
Pertama, kehadiran seorang anak laki-laki yang mempunyai 5 roti jelai dan 2 ikan (6:9).
Kedua, penyebutan jenis roti: roti jelai (6:9, 13).
Keduanya tampaknya merujuk ke Nabi Elisa.
Nabi Elisa pernah membangkitkan seorang anak laki-laki dan melipat-gandakan 20 roti jelai untuk memberi makan 100 orang (2Raj. 4:8-37; 4:42-44 –satu-satunya cerita mukjizat pelipat-gandaan roti di Alkitab Ibrani (PL).
Mungkin itu juga sebabnya mengapa mukjizat penggandaan roti yang dilakukan Yesus itu telah menyadarkan orang Yahudi yang melihatnya bahwa Yesus adalah seorang nabi (6:14).
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”
Ungkapan “nabi yang akan datang ke dalam dunia” itu adalah ungkapan yang berkaitan dengan teologi Akhir Zaman (eskatologi).
Orang Yahudi pada zaman itu meyakini bahwa pada Akhir Zaman Allah akan mengutus nabi-Nya secara khusus.
Tampaknya ada dua nabi yang dikaitkan dengan Akhir Zaman, yaitu Elia (Mal. 4:5) dan Musa (Ul. 18:15, 18; Kis. 3:22).
Untuk konteks Yohanes 6:1-15 ini, nabi yang lebih relevan tampaknya “Musa”.
Hal itu tersirat pada ayat terdekatnya, ayat 15.
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”
6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Nabi yang bisa memimpin seperti raja adalah Musa.
Jadi, ketika orang banyak melihat mukjizat itu, mereka meyakini bahwa mereka telah melihat penggenapan janji Allah mengenai seorang nabi yang seperti Musa di Ulangan 18:15, 18.
18:15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku [Musa], akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
Melihat penggenapan janji Allah itu, mereka pun ingin menjadikan Yesus sebagai raja mereka.
Namun, Yesus menolak untuk dijadikan raja duniawi sebab Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh. 18:36).
Yesus lebih besar dari Musa sebab Yesus sendirilah roti-kehidupan yang turun dari Surga, sedangkan Musa hanya bisa memberikan manna dan mereka yang makan manna itu sudah mati semua (6:32-33, 49).
Paskah, roti, dan Musa semuanya saling terkait sebagaimana disatukan dalam pasal 6 ini dan akan lebih dieksplisitkan dalam pengajaran Yesus tentang “Roti kehidupan” (6:25-59) yang masih berkaitan dengan episode “Pemberian makan 5.000 orang” ini (6:1-15).
F. Tafsiran Yohanes 6:16-21
F.1. Yesus berjalan di atas laut bergelora
Cerita mukjizat “Pemberian makan 5.000 orang” (6:1-15) segera diikuti dengan cerita mukjizat “Yesus berjalan di atas air” (6:16-21).
Sebagai bangsa yang lebih banyak hidup di darat ketimbang di laut, bangsa Israel pada umumnya takut dan tidak suka pada laut, apalagi “laut yang bergelora” (6:18).
Namun, dalam cerita mukjizat ini, bukan laut bergelora itu yang ditakuti para murid, melainkan Yesus yang berjalan di atas laut itu.
6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu
6:17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka,
6:18 sedang laut bergelora karena angin kencang.
6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.
Mengapa para murid takut?
Yohanes tidak memberi penjelasan apapun dan pembaca dibiarkan berimajinasi sendiri: bayangkan Yesus yang mereka kenal sehari-hari ternyata sedang berjalan di atas air!
Yohanes tidak mengatakan bahwa para murid itu takut karena mereka salah lihat seperti yang dikatakan penulis Markus (6:49-50).
Markus 6:49-50
6:49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
6:50 sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut.
Tidak, menurut Yohanes, para murid tidak salah lihat.
Para murid takut justru karena mereka tidak salah lihat(!).
Yang mereka lihat justru Yesus dan bukan hantu!
Sy kutipkan kembali ayat 19 itu, tetapi kali ini dengan terjemahan BIS.
6:19 Sesudah berlayar kira-kira lima atau enam kilometer, mereka melihat Yesus datang ke perahu dengan berjalan di atas air. Mereka takut sekali.
Mungkin untuk menekankan bahwa mereka benar-benar takut, penerjemah BIS menambahkan kata “sekali”!
Bayangkan, Yesus yang mereka kenal sehari-hari ternyata bisa berjalan di atas air! Menakutkan sekali!
F.2. Yesus yang berjalan di atas laut bergelora adalah Ego Eimi
Yesus menanggapi ketakutan para murid dengan mengatakan “Ego eimi!”
6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini [ego eimi], jangan takut!”
Frasa khas Yohanes itu tampaknya merujuk ke ungkapan penyataan di Allah di PL, misalnya, di Keluaran 3:14.
Di Keluaran 3:14 itu, Allah menyatakan dirinya kepada Musa dengan mengatakan bahwa Ia adalah “ehyeh aser ehyeh” (Ibr.) atau “ego eimi ho on” (Yun.).
Dengan menggunakan ungkapan “ego eimi” di Yohanes 6:20 dan di banyak tempat lainnya, penulis Yohanes tampaknya ingin mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada dunia atau Yesus adalah penyataan diri Allah (revelation).
Melalui diri Yesus yang menyatakan diri Allah, orang dimungkinkan untuk melihat Allah.
“Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh. 12:45; 14:9).
Berhubung Yesus adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada dunia, para murid yang menyadari penyataan diri Allah itu diharapkan berhenti untuk takut.
Yesus berkuasa untuk melipat-gandakan roti jelai dan ikan serta Yesus berkuasa atas laut yang bergelora karena Ia adalah “Ego eimi”, Allah yang menyatakan diri kepada dunia.
G. Menyatukan dua perikop
Di atas gunung dekat pantai Danau Tiberias, Yesus mengadakan perjamuan makan bagi orang-orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya.
Sementara hari raya Paskah Yahudi sudah dekat, mereka tidak berbondong-bondong ke Yerusalem dan Bait Allah, tetapi berbondong-bondong kepada Yesus sebab Yesus adalah Bait Allah baru yang menggantikan Bait Allah lama dan “perjamuan Tuhan” menggantikan perjamuan Paskah Yahudi.
Hanya dengan kehadiran seorang anak laki-laki bersama 5 roti jelai dan 2 ikannya, Yesus dapat mengadakan perjamuan makan bagi lebih dari 5.000 orang karena Yesus bukan hanya seorang nabi seperti Elisa maupun Musa, melainkan Ia adalah “Ego eimi”, Allah yang menyatakan diri-Nya kepada dunia, bahwa Ia berkuasa atas alam, termasuk atas laut yang bergelora.
Sekalipun kuasa Yesus melampaui Musa dan raja mana pun, bahkan kuasa Yesus setara dengan Allah Bapa yang mengutus-Nya, Yesus menolak untuk dijadikan raja karena Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini.
Add Comment