Ulasan RCL

Ulasan Bahan Khotbah RCL: Markus 5:21-43

Oleh: AAS (Dimuat seizin penulis).

5:21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau,
5:22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya
5:23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”
5:24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

5:25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
5:26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
5:27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
5:28 Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
5:29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
5:30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
5:31 Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?”
5:32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
5:33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.
5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

5:35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”
5:36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”
5:37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
5:38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.
5:39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
5:40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.
5:41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
5:42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
5:43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

A. Konteks

Episode Markus 5:21-43 diberi judul “Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan”.

Judul itu salah dalam hal urutan peristiwa.
Seharusnya: “Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan lalu Ia membangkitkan anak Yairus”.

Episode itu adalah dua cerita mukjizat terakhir dalam kumpulan empat cerita mukjizat di Markus 4:35-5:43.

Kumpulan cerita mukjizat itu sebagai berikut.

  1. Markus 4:35-41 “Yesus meredakan angin ribut”.
  2. Markus 5:1-20 “Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa”.
    3-4. Markus 5:21-43 “Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan dan Yesus membangkitkan anak Yairus”.

Semua cerita mukjizat itu tampaknya sengaja dikumpulkan untuk menjadi semacam “contoh” dari semua cerita mukjizat di Injil Markus, yaitu: mukjizat kuasa Yesus atas Alam, atas roh-roh jahat, atas penyakit, dan atas kematian.

Selain itu, Markus juga tampaknya sengaja menempatkan kumpulan cerita mukjizat itu sesudah kumpulan cerita perumpamaan tentang Kerajaan Allah, yang jumlah ceritanya juga empat buah (Mrk. 4:1-34).

Melalui pengaitan erat kedua kumpulan itu, Markus mungkin ingin mengatakan:

  1. “Kerajaan Allah” yang diungkapkan dalam cerita-cerita perumpamaan itu sudah mulai hadir atau diwujudkan dalam diri dan karya Yesus yang penuh kuasa seperti Allah, yaitu kuasa atas Alam, roh jahat, penyakit, bahkan kematian. Itulah “rahasia” Kerajaan Allah.
  2. Kerajaan Allah itu menuntut tanggapan iman yang aktif.
    Mengetahui “rahasia” Kerajaan Allah itu memang penting, tetapi Kerajaan Allah itu sendiri harus ditanggapi dengan iman yang aktif supaya menjadi efektif.

Dengan kata lain, Kerajaan Allah melibatkan dua belah pihak, yaitu Allah/Yesus dan manusia.

B. Dua cerita yang disatukan

Markus menyatukan dua cerita menjadi satu cerita yang utuh.

Struktur cerita di Markus 5:21-43 seperti roti sandwich: A-B-A.

Cerita dimulai dengan cerita tentang A, lalu diinterupsi dengan cerita tentang B, dilanjutkan lagi dengan cerita tentang A.

Cerita tentang anak Yairus yang sakit (Mrk. 5:21-24), diinterupsi dengan cerita tentang perempuan Yahudi yang sakit pendarahan dan disembuhkan karena imannya (ay. 25-34), dilanjutkan lagi dengan cerita tentang anak Yairus yang meninggal dan dibangkitkan kembali (ay. 35-43).

Selain menggambarkan kuasa Yesus atas penyakit dan kematian, kedua cerita tampaknya bertema satu, yaitu tentang iman.

Perempuan yang sudah sakit pendarahan 12 tahun dan sudah pergi ke banyak tabib sampai ia jatuh miskin itu akhirnya disembuhkan karena imannya kepada Yesus.

Iman perempuan itu berperan penting dalam kesembuhannya.

Hal itu dieksplisitkan dalam ucapan Yesus kepada perempuan itu:
“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk. 5:34)

Demikian pula halnya dengan pembangkitan anak perempuan Yairus.
Sebelum membangkitkan anak itu, Yesus berpesan kepada ayahnya:
“Jangan takut, percaya saja! (Mrk. 5:36)

Pentingnya iman juga diungkapkan dalam teguran Yesus kepada para murid dalam cerita mukjizat yang pertama di kumpulan cerita mukjizat ini:

“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40)

Jadi, dalam kumpulan cerita mukjizat itu, Markus ingin menekankan pentingnya iman.

Seakan pesan itu belum cukup jelas, Markus langsung melanjutkan kumpulan cerita mukjizatnya dengan cerita kebalikannya: tidak ada mukjizat di Nazaret karena mereka menolak untuk percaya kepada Yesus (Mrk. 6:1-6a).

Narator menutup episode “Penolakan di Nazaret” itu dengan mengatakan:

6:5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6:6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.

Pesan Markus: tidak ada iman, tidak ada mukjizat.

C. Terjemahan TB1 dan TB2 yang kurang tepat

Penerjemah LAI menerjemahkan kata “thugater” (Yun.) di Markus 5:34 dengan kata “anak-Ku”.

5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Terjemahan “thugater” yang lebih tepat adalah “anak perempuan” (Ing. daughter) seperti di terjemahan NIV dan NRSV.

(NIV) He said to her, “Daughter, your faith has healed you. Go in peace and be freed from your suffering.”

(NRSV) He said to her, “Daughter, your faith has made you well; go in peace, and be healed of your disease.”

Dalam kasus lainnya, masalah jenis kelamin ini mungkin bisa diabaikan.
Namun, dalam kasus Markus 5:34 itu, menurut sy, jenis kelaminnya tidak bisa diabaikan.

Jika diabaikan, pembaca LAI bisa kurang sadar bahwa di dalam dua cerita yang dijalin menjadi satu itu sebenarnya ada dua anak perempuan–the story of two daughters–yaitu anak Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan itu.

Anak Yairus adalah anak perempuan dalam arti biologis karena ia anak biologis Yairus, kepala sinagoge.

Perempuan yang sakit pendarahan itu adalah anak perempuan dalam arti metaforis karena ia bukan anak biologis Yesus.

Penyebutan perempuan itu sebagai “anak (perempuan)” secara tidak langsung mengungkapkan identitasnya sebagai orang Yahudi atau bangsa Israel yang sering dimetaforakan sebagai “anak-anak Allah” (bdk. Mrk. 7:27).

D. Cerita mukjizat tentang perempuan yang sakit 12 tahun

D.1. Setting: tempat

Di awal cerita dari kumpulan cerita mukjizat itu, Yesus berada di tepi danau di daerah orang Yahudi (Mrk. 4:35).

Yesus lalu mengajak para murid ke seberang, yaitu ke daerah orang Gerasa (non-Yahudi, kafir) atau wilayah Dekapolis (Mrk. 4:35; 5:1; 5:20).

Dari Gerasa atau Dekapolis itu Yesus kembali lagi ke seberang, yaitu ke daerah orang Yahudi lagi (Mrk. 5:21).

5:21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia.

Jadi, dua cerita mukjizat terakhir dalam kumpulan ini memiliki setting tempat: daerah orang Yahudi.

Keseluruhan rute dalam kumpulan cerita mukjizat:
daerah orang Yahudi -> Gerasa, Dekapolis -> daerah orang Yahudi lagi.

D.2. Identitas perempuan yang sakit

Berdasarkan perubahan setting tempat yang tampaknya disengaja oleh Markus, kemungkinan besar Markus ingin mengatakan bahwa perempuan tanpa nama itu adalah seorang Yahudi karena penyembuhan itu terjadi di daerah orang Yahudi (Mrk. 5:21).

Selain itu, Yesus menyapa perempuan itu dengan “Hai, anak perempuan” (Mrk. 5:34; terjemahan LAI: anak-Ku).

Sapaan Yesus itu tampaknya hanya ditujukan kepada (sesama) orang Yahudi.

Di Injil Markus, orang-orang Yahudi tampaknya dimetaforakan sebagai “anak-anak Allah”, sedangkan orang non-Yahudi dimetaforakan sebagai “anjing”.

Hal itu dieksplisitkan Markus dalam cerita “Perempuan Siro-Fenesia yang percaya” (Mrk. 7:24-30). *)

7:26 Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.
7:27 Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
7:28 Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”

Jadi, berdasarkan dua hal di atas, kemungkinan besar perempuan yang sakit pendarahan itu adalah perempuan Yahudi.

*) Catatan: Lukas tampaknya tidak suka pada pembedaan “orang Yahudi = anak dan orang non-Yahudi = anjing” itu sehingga perikop Markus 7:24-30 itu dihapus Lukas di Injilnya.

D.3. Kondisi perempuan Yahudi yang sakit pendarahan

Berbeda dari identitasnya yang hanya implisit saja, kondisi perempuan itu dieksplisitkan secara detail di Markus 5:25-26.

5:25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
5:26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.

Perempuan itu sudah menderita pendarahan selama 12 tahun, yaitu mulai dari anak Yairus dilahirkan sampai anak itu meninggal dan dihidupkan kembali oleh Yesus (Mrk. 5:42).

Selain penyakitnya sudah lama, perempuan itu juga sudah berobat ke banyak tabib tanpa hasil, bahkan makin memburuk.

Ia juga jatuh miskin karena “semua yang ada padanya sudah dihabiskannya”.

Melalui detail kondisi itu, Markus tampaknya ingin menggambarkan suatu kondisi tanpa harapan.

Namun, di tengah kondisi tanpa harapan itu, perempuan itu tetap masih punya harapan untuk sembuh karena imannya kepada Yesus.

Oleh karena itu, harapan dan iman itu sendiri bisa dikatakan sebuah “mukjizat”.

D.4. Iman yang menyembuhkan

Perempuan Yahudi itu belum pernah berjumpa Yesus, tetapi ia sudah “mendengar berita-berita tentang Yesus” (Mrk. 5:27).

Berita-berita tentang Yesus itu tampaknya termasuk berita bahwa orang sakit bisa sembuh hanya dengan menyentuh Yesus seperti yang sudah diberitahukan Narator di bagian sebelumnya (Mrk. 3:10).

Berdasarkan berita-berita itu, perempuan itu pun percaya bahwa penyakitnya bisa sembuh jika ia menyentuh jubah Yesus (Mrk. 5:27-28).

5:27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
5:28 Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Sesudah itu, Narator menceritakan kesembuhan perempuan Yahudi itu.

5:29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Namun, sekalipun perempuan itu sudah sembuh, cerita belum “selesai”.

Sesudah itu, ada sedikit “drama” tentang Yesus dan para murid yang tidak tahu siapa yang sudah menyentuh Yesus, padahal Narator dan pendengar/pembaca cerita sudah tahu.

Mungkin hal yang menarik dari “drama” itu adalah pemikiran Markus bahwa kuasa Yesus itu mirip tenaga listrik yang bisa “mengalir” dari satu orang ke orang lainnya (Mrk. 5:30).

Kuasa Yesus itu seakan-akan bisa “dicuri” dengan sentuhan iman yang kuat.

5:30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”

Kemudian perempuan itu tampil dan menceritakan segala sesuatunya kepada Yesus.

Atas kesaksian perempuan itu, Yesus pun menegaskan bahwa imannya yang telah membuatnya sembuh (5:34).

5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak perempuan, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” *)

Cerita berakhir dengan ucapan Yesus di Markus 5:34 itu sebab Markus sudah menyampaikan pesan ceritanya, yaitu iman penting dalam kesembuhan perempuan itu.

*) LAI: anak-Ku.

D.5. Mengapa perempuan Yahudi itu takut dan gemetar?

Mengapa perempuan itu justru takut dan gemetar sesudah ia sembuh?

5:33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.

Berhubung perempuan itu seorang Yahudi, ia seharusnya sudah tahu hukum Taurat tentang sakit pendarahan di Imamat 15:25-31.

Imamat 15:25-31 (LAI-BIS)
15:25 Apabila seorang wanita mengalami pendarahan selama beberapa hari di luar masa haidnya, atau pendarahannya tidak berhenti sesudah masa haidnya, ia najis selama pendarahan itu seperti pada waktu sedang haid.
15:26 Tempat yang ditiduri atau didudukinya selama waktu itu menjadi najis.
15:27 Barangsiapa menyentuh tempat itu juga menjadi najis. Ia harus mencuci pakaiannya dan mandi, dan ia najis sampai matahari terbenam.
15:28 Sesudah pendarahan itu berhenti, wanita itu harus menunggu selama tujuh hari lagi. Baru sesudah itu ia bersih.
15:29 Pada hari yang kedelapan ia harus membawa dua ekor burung merpati muda atau tekukur muda kepada imam di depan pintu Kemah TUHAN.
15:30 Burung yang seekor harus dipersembahkan untuk kurban pengampunan dosa, dan yang seekor lagi untuk kurban bakaran. Dengan cara itu imam mengadakan upacara penyucian wanita itu di hadapan TUHAN.
15:31 TUHAN menyuruh Musa mengingatkan bangsa Israel supaya memperhatikan kapan mereka najis dan kapan tidak, supaya mereka tidak menajiskan Kemah TUHAN yang ada di tengah-tengah perkemahan mereka. Kalau mereka menajiskan Kemah itu, mereka akan mati.

Jadi, perempuan Yahudi yang sakit pendarahan adalah seorang najis.

Perempuan yang najis itu bisa menajiskan semua benda yang disentuhnya dan pada gilirannya semua benda yang najis itu bisa menajiskan siapapun yang menyentuhnya.

Umat Yahudi menganggap hukum Taurat tentang kesucian dan kenajisan itu sebagai hukum yang sangat serius sebab efek penularan kenajisan itu bisa menajiskan banyak orang dan pada akhirnya bisa menajiskan Kemah Tuhan atau rumah Tuhan.

Sebagai tanda dari keseriusan itu, sanksi pelanggarannya adalah hukuman mati (Im. 15:31).

Nah, apakah perempuan itu ketakutan karena ia ketahuan sudah menjamah Yesus pada saat ia masih sakit pendarahan?

Menurut sy, tidak.

Alasan sy:

Pertama, jika ada ketakutan yang merujuk ke hukum tentang kenajisan sakit pendarahan itu, mengapa hal itu tidak diungkapkan Markus “sebelum” ia disembuhkan, terutama sebelum ia menyentuh jubah Yesus?

Ketakutan itu justru diungkapkan Markus “sesudah” ia disembuhkan sehingga lebih logis jika ketakutan itu dikaitkan dengan kesembuhannya.

Lho, kok dianggap logis?
Jika orang disembuhkan, bukankah ia seharusnya senang dan tidak ketakutan?

Ya, itu logis menurut kita, tapi tidak menurut Markus.

Nah, itu akan menjadi alasan sy yang kedua.

Kedua, reaksi ketakutan sesudah suatu mukjizat adalah reaksi “biasa” di kumpulan cerita mukjizat Markus (Mrk. 4:35-5:43).

  • Sesudah Yesus menghentikan angin ribut, Markus menutup ceritanya dengan reaksi ketakutan (Mrk. 4:41).

4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

  • Sesudah Yesus mengusir roh-roh jahat dari seorang Gerasa, Markus menceritakan reaksi ketakutan dari penduduk Gerasa dan sekitarnya (Mrk. 5:15).

5:15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.

Jadi, reaksi ketakutan perempuan Yahudi di Markus 5:33 itu adalah reaksi ketakutan yang ketiga dalam kumpulan empat cerita mukjizat ini (Mrk. 4:35-5:43).

Sy agak enggan untuk menafsir teks teologis secara psikologis karena karakterisasi cerita Injil umumnya “flat”: tokoh-tokohnya cenderung dilukiskan secara “hitam-putih” tanpa pergumulan batin, tidak seperti dalam novel psikologis.

Namun, kalau sy coba membayangkan ketakutan seperti apa yang dimaksudkan Markus, mungkin jawabannya: ketakutan seperti orang yang melihat atau mengalami sesuatu yang sangat luar biasa, sesuatu yang ajaib, sesuatu yang ilahi, penampakan atau penyataan ilahi (revelation).

Mungkin itulah yang dimaksudkan Rudolf Otto jika orang berjumpa dengan Yang Suci:
Yang Suci adalah misteri yang membuat orang takut dan gemetar tetapi yang juga membuat orang tertarik.

Mungkin itulah sebabnya mengapa perempuan itu bukan hanya takut dan gemetar, tapi ia juga berani tampil dan tersungkur di depan Yesus lalu memberi kesaksian (Mrk. 5:33).

D.6. Iman vs Taurat?

Sebagai orang Yahudi, perempuan itu sudah melanggar hukum Taurat tentang kenajisan orang yang sakit pendarahan (Im. 15:25-31).

Ia menyentuh jubah Yesus ketika ia masih sakit pendarahan.

Risikonya adalah hukuman mati (Im. 15:31).

Apakah hal itu ada di pikiran Markus ketika ia menulis cerita mukjizat tersebut?

Masalahnya, di satu sisi, Markus tidak mengeksplisitkan persoalan kenajisan itu.
Namun, di sisi lain, Markus secara implisit memberi identitas “Yahudi” kepada tokoh perempuan itu, yaitu melalui setting tempat peristiwa dan melalui sapaan Yesus (“anak perempuan”).

Jika benar bahwa hukum Taurat itu ada di pikiran Markus, tampaknya ia ingin mempertentangkan hukum itu dengan iman kepada Yesus.

Artinya, selama orang beriman kepada Yesus, ia boleh bahkan “harus” melakukan hal yang bertentangan dengan hukum Taurat.

Iman kepada Yesus lebih utama atau lebih prioritas ketimbang ketaatan kepada hukum Taurat, bahkan sekalipun risiko atau “harga yang harus dibayar” sangat besar.

Mungkin itu juga alasannya mengapa tokoh Yesus sama sekali tidak menegur ketidaktaatan perempuan itu kepada hukum Taurat.

Padahal, menurut hukum Taurat, sentuhan perempuan najis itu “seharusnya” membuat jubah dan diri Yesus menjadi najis juga.

Dengan tidak mengecam sentuhan perempuan itu, tokoh Yesus secara tak langsung mengabaikan hukum Taurat.

Pengabaian hukum Taurat dan pemikiran yang mempertentangkan hukum Taurat dan iman itu bukanlah hal yang asing di Injil Markus.

Di banyak bagian Injil Markus lainnya, tokoh Yesus sering diceritakan sebagai pelanggar hukum Taurat, misalnya mengabaikan hukum makanan haram dan mengabaikan hukum hari Sabat.

Bahkan, di Injil Markus, rencana pembunuhan terhadap Yesus pertama kali muncul pada saat Yesus melanggar hukum hari Sabat dengan melakukan penyembuhan di sinagoge (Mrk. 3:1-6).

Tampaknya Markus ingin mengatakan bahwa hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi dengan hadirnya Yesus.

Namun, kembali ke bahan khotbah Markus 5:21-43 ….

Tema “iman vs Taurat” ini tampaknya kurang cocok untuk dijadikan tema khotbah karena keberadaannya hanya implisit saja atau samar-samar di latar belakang.

Tema yang tampaknya lebih eksplisit adalah perihal beriman kepada Yesus.

Iman yang aktif atau iman yang hidup “mampu” mengalahkan penyakit yang sudah diderita selama 12 tahun dan yang tidak mampu disembuhkan oleh tabib lain selain tabib Yesus.

E. Cerita mukjizat tentang anak Yairus

E.1. Identitas anak Yairus

Identitas anak Yairus tampaknya sengaja dibikin mirip dengan identitas perempuan yang sakit pendarahan.

Pertama, jenis kelamin anak Yairus adalah perempuan (Mrk. 5:23).

5:22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya
5:23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

Jadi, ada dua “anak perempuan” (daughters) dalam cerita mukjizat ini karena perempuan yang sakit pendarahan juga disapa Yesus “Anak perempuan” (Yun. thugater).

Kesamaan lainnya: usia anak perempuan Yairus itu 12 tahun dan lama sakit pendarahan perempuan itu juga 12 tahun.

Kesamaan ketiga: mereka adalah orang Yahudi atau bangsa Israel.

Yairus adalah seorang Yahudi yang menjadi kepala sinagoge.

Di Injil Markus, orang Yahudi atau Israel tampaknya lebih diprioritaskan dibandingkan orang non-Yahudi (kafir, Yunani).

Di Injil Markus, Yesus dua kali melakukan mukjizat pemberian makan banyak orang.
Pertama, pemberian makan orang Yahudi; jumlahnya: 5.000 orang; sisanya: 12 bakul (Mrk. 6:30-43).
Kedua, pemberian makan orang non-Yahudi; jumlahnya: 4.000 orang; sisanya: 7 bakul (Mrk. 8:1-10).

Dari perbedaan umum itu (dan perbedaan detail cerita), sy mendapat kesan bahwa Yesus memang juga berbelas kasihan kepada orang non-Yahudi (Mrk. 8:2), tetapi pelayanan kepada mereka tetap di urutan kedua.

Ucapan tokoh Yesus di Markus 7:27 juga mempertegas pembedaan itu: orang Yahudi dirujuk sebagai “anak-anak”, sedangkan orang non-Yahudi dirujuk sebagai “anjing-anjing”.

E.2. Identitas dan iman Yairus

Sesudah mencari tahu identitas anak Yairus, sy baru sadar bahwa “perannya” dalam cerita mukjizat ini sangat kecil.

Jika dibandingkan dengan perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun, anak perempuan Yairus itu sangat pasif.

Pertama, ia hanya diceritakan, yaitu Yairus menceritakan kepada Yesus bahwa anaknya itu sakit dan hampir mati (Mrk. 5:23).

Kedua, lagi-lagi ia hanya diceritakan, yaitu anggota keluarganya menceritakan kepada Yairus bahwa anaknya itu sudah mati (ay. 35).

Ketiga, ia akhirnya memang tampil dan bergerak, tetapi ia baru bergerak sesudah ia “dibangunkan” Yesus (ay. 41).

Jadi, keberadaan anak Yairus dalam cerita itu lebih sebagai “masalah” bagi tokoh lainnya, terutama bagi ayahnya.

Oleh karena itu, ayahnya yang lebih perlu diperhatikan.

Pertama-tama, Yairus adalah satu di antara para pemimpin sinagoge setempat.

(NRSV) Then one of the leaders of the synagogue named Jairus came and, when he saw him, fell at his feet ….

(NIV) Then one of the synagogue rulers, named Jairus, came there.

Kedua terjemahan berbahasa Inggris itu tampaknya lebih setia pada teks aslinya: heis ton arkhisunagogon (Yun.).

Arkhisunagogon (pemimpin-pemimpin) itu plural;
jadi, Markus tampaknya membayangkan sebuah sinagoge lokal yang dipimpin oleh sejumlah pemimpin.

Satu di antara para pemimpin itu bernama Yairus.

Apakah Yairus itu “kepala” di antara para pemimpin itu?

Mungkin tidak.

Jadi, terjemahan LAI “kepala rumah ibadat” agak kurang tepat atau bisa memberi gambaran yang berbeda dari yang diinginkan Markus.

Terlepas dari itu, ada yang lebih penting: anak perempuannya sakit dan hampir mati, tetapi Yairus tampaknya beriman kepada Yesus.

5:22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya
5:23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

Yairus percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkan anaknya yang hampir mati.

Namun, di tengah perjalanan, imannya diuji (5:35).

Sejauh mana ia akan beriman kepada Yesus?
Apakah imannya hanya sejauh anaknya masih hidup sekalipun sudah sekarat?
Apakah imannya melampaui kematian?

5:35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”

Tampaknya Yesus tahu bahwa iman Yairus hanya sejauh anaknya masih hidup.

Oleh karena itu, Yesus lalu menguatkan imannya untuk melangkah lebih jauh (5:36).

5:36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”

Tidak ada ucapan eksplisit dari Yairus.

Namun, dengan membiarkan Yesus tetap berjalan ke rumahnya, Yairus secara implisit melakukan dua hal: ia menolak saran dari keluarganya (ay. 35) dan ia menaati ajakan Yesus untuk lebih memilih tetap beriman ketimbang memilih untuk takut (ay. 36).

Demikian pula, pengikutsertaan Yairus ketika Yesus menghidupkan kembali anaknya secara implisit mengungkapkan karakterisasi Yairus sebagai orang yang beriman sebab, sebaliknya, semua orang yang tidak beriman kepada Yesus dan menertawakan-Nya diusir oleh Yesus (ay. 40; bdk. Mrk. 6:5).

Akhirnya, dengan kuasa Yesus dan iman Yairus, anak perempuan yang sudah mati itu pun dapat “dibangunkan” lagi (ay. 41-42).

E.3. Kebangkitan dan Akhir Zaman

Konsep “mati adalah tidur” di Markus 5:39-42 mungkin berlatar belakang teologi tentang Akhir Zaman (eskatologi).

Dalam salah satu teologi eskatologi, orang percaya bahwa orang-orang yang sudah mati akan dibangkitkan (Mrk. 12:23-25).

Dalam perspektif seperti itu, orang yang sudah mati itu bisa dianggap hanya “tidur” sebab nantinya masih bisa “dibangunkan”.

Kerinduan atau harapan akan kebangkitan orang mati itu tampaknya menyebar luas di jemaat-jemaat awal sehingga hal itu terekam di surat-surat Paulus dan semua Injil kanonik sekalipun mungkin ada perbedaan konsep di antara mereka.

Perbedaan konsep tentang kebangkitan di dalam teks PB dapat dikatakan wajar karena teologi kebangkitan relatif baru sehingga ide-idenya lebih menyerupai sketsa ketimbang lukisan yang sudah selesai.

Kembali ke Injil Markus:
Markus tampaknya percaya bahwa Akhir Zaman sudah dimulai dengan kehadiran dan karya Yesus dan hal itu paling tampak dalam pembangkitan orang mati.

Dalam hal ini, cerita mukjizat pembangkitan anak Yairus dapat dipandang sebagai “contoh” atau “pelopor” dari kebangkitan orang mati di Akhir Zaman.

Selain percaya bahwa Akhir Zaman itu sudah dimulai, Markus tampaknya juga yakin bahwa Akhir Zaman itu akan segera berakhir, yaitu berakhir di sekitar masa penulisan Injil Markus.

Keyakinan itu disampaikan dalam ucapan tokoh Yesus di Markus 13:30.

13:29 Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.
13:30 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi.

Ketika penulis menulis Injil Markus, “angkatan ini” yang dimaksudkannya adalah generasi pembaca Injilnya, yaitu jemaat yang hidup di sekitar tahun 70 CE.

Sekalipun keyakinan atau ramalan itu meleset, harapan, iman, maupun teologi tentang Akhir Zaman dan segala sesuatu yang terkait dengannya, termasuk kebangkitan orang mati, tetap bertahan sampai saat ini.

F. Penutup

Melalui kumpulan empat cerita mukjizatnya (Mrk. 4:35-5:43), Markus ingin mengungkapkan kuasa Yesus atas Alam (angin, air danau), roh-roh jahat, penyakit, bahkan kematian.

Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah iman atau percaya kepada Yesus.

Perihal pentingnya iman itu diungkapkan melalui ucapan Yesus (Mrk. 4:40; 5:36).

Dalam dua cerita mukjizat yang terakhir di Markus 5:21-43, pentingnya iman itu juga diungkapkan melalui aksi maupun ucapan tokoh ceritanya: perempuan Yahudi yang sakit pendarahan 12 tahun dan Yairus yang anak perempuannya mati.

Iman perempuan Yahudi dan iman Yairus memungkinkan Yesus untuk melakukan mukjizat-Nya, penyembuhan dan pembangkitan.

Tanpa iman tidak ada mukjizat.

Sending
User Review
0 (0 votes)
Tags

Add Comment

Klik sini untuk komentar