Oleh: Henry SL
“Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa. (2 Raja Raja 6: 17).
Kita hidup di jaman serba internet, segala sesuatu mudah dicari melalui internet. Selain berita-berita penting (dan ngga penting), sosial media tentunya turut menduduki rangking atas, orang-orang terobsesi dengan berapa friends, hits, followers, network, dll, yang mereka punya.
Saya membayangkan kalau di jaman sekarang, Daud memiliki akun instagram dengan foto profil-nya di tengah padang rumput bermain harpa, dikelilingi oleh domba domba. Saya rasa followers-nya akan jauh lebih sedikit dibanding dengan instagram-nya si Goliat, yang profile-nya memegang tombak di tangan kanan dan pedang di tangan kiri, sambil memamerkan otot-ototnya.
Foto Yusuf di linkedin misalnya, status terakhir sebagai “budak Potifar”. Mngkin teman-temannya akan unfriend si Yusuf karna sudah tidak ada gunanya untuk networking dengannya, pas cari kerjaan atau kalau lagi butuh referensi untuk mencari kerja.
Facebook Yesus, tukang kayu… hmm 12 followers?
Kalau kita ngga pernah tahu ceritanya, tentunya kita ngga akan pernah terlintas bahwa Daud suatu saat akan menjadi Raja Israel, Yusuf menjadi perdana mentri Mesir, dan Yesus ternyata adalah Tuhan Pencipta Semesta, bukan?
Bagaimana dengan persoalan dan pergumulan yang kita hadapi? Nampaknya semua suram, tidak ada jalan keluar, mentok kanan kiri. Seperti hamba Elisa saat dikepung tentara musuh dan ia tidak bisa melihat jalan keluar. Kita terbiasa melihat dengan mata jasmani kita, meremehkan orang-orang yang ngga penting, yang ngga berpengaruh, dan sebaliknya mengagungkan persoalan pribadi kita seolah tidak ada orang lain yang sesusah kita di muka bumi ini.
Semuanya dikarenakan kita menjalani dan menghadapi hidup dengan mengandalkan panca indera kita.
Roma 1: 17 mengatakan “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Mari kita belajar berdoa agar kita dapat melihat segala sesuatu dengan mata hati yang terang, melihat orang dengan cinta dan belas kasihan, melihat persoalan dengan bersyukur bahwa kita mempunyai Tuhan yang mengatasi segala perkara, dan melihat panggilan kita sebagai sesuatu yang mulia, seperti tertulis dalam Efesus 1:18, “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.”
Add Comment