Ulasan RCL

Ulasan Bahan Khotbah RCL Yohanes 6:24-35

Ditulis oleh: AAS (Dimuat seizin penulis).

6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”
6:26 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”

6:28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”
6:29 Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.”
6:35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

A. Konteks

Bahan khotbah RCL Yohanes 6:24-35 adalah bagian dari dua perikop ini:

  • “Orang banyak mencari Yesus” (6:22-24)
  • “Roti hidup” (TB1) yang dikoreksi TB2 menjadi “Roti kehidupan” (6:25-59)

Jadi, konteks terdekatnya adalah kedua perikop itu.

Selanjutnya, konteks kedua perikop itu adalah keseluruhan pasal 6.

Kedua perikop itu melanjutkan episode mukjizat “Yesus memberi makan 5.000 orang” (Yoh. 6:1-15) dan lanjutan itu dapat ditafsirkan sebagai refleksi atas mukjizat tersebut karena Yohanes kemudian berbicara tentang Yesus sebagai roti kehidupan.

Roti jasmaniah di cerita mukjizat menjadi rujukan bagi roti rohaniah (Yesus) yang memberi kehidupan kekal.

Sebagaimana dalam makna mukjizat ala Yohanes pada umumnya, mukjizat pelipat-gandaan roti itu adalah “tanda” (semeion) yang merujuk kepada diri Yesus atau yang mengungkapkan siapa Yesus yang sesungguhnya.

NB.: sy sependapat dengan penerjemah TB2 bahwa judul perikop dan ungkapan metafora “roti kehidupan” lebih tepat dibanding “roti hidup” (TB1).

“Roti kehidupan” lebih bermakna roti yang memberi kehidupan.
Sedangkan, “roti hidup” lebih bermakna roti itu sendiri yang hidup seperti dalam frasa “ikan hidup” (vs ikan mati).

Sekalipun benar bahwa Yesus hidup (//roti hidup), bukan itu yang ingin ditekankan Yohanes.

Yang ingin ditekankan adalah Yesus (//roti) yang memberi kehidupan.

Jadi, dalam konteks Yohanes 6:25-59 itu, frasa “roti kehidupan” lebih tepat sebab “roti” itu merujuk ke diri Yesus yang memberi “kehidupan” bagi orang yang memakannya.

B. Alur cerita Yohanes 6:1-59

Yohanes 6:24 adalah bagian akhir dari episode “Orang banyak mencari Yesus” (6:22-24).
Yohanes 6:25-35 adalah bagian awal dari episode “Roti kehidupan” (6:25-59).

Kedua episode itu sendiri adalah kelanjutan dua episode sebelumnya: “Yesus memberi makan 5.000 orang” (6:1-15) dan “Yesus berjalan di atas air” (6:16-21).

Jadi, alur ceritanya dalam kronologi yang bergerak ke muka (forward):

  1. Pertama-tama, mukjizat pelipat-gandaan roti jelai dan ikan di atas gunung, dekat tepi pantai Danau Tiberias atau dekat kota Tiberias (6:1-14).
  2. Lalu, Yesus menyingkir ke gunung seorang diri karena orang banyak ingin menjadikan-Nya raja (6:15).
  3. Malam harinya, para murid menyeberangi danau ke Kapernaum tanpa Yesus (6:16-18).
  4. Malam itu juga, Yesus menyusul para murid-Nya dengan berjalan di atas air danau (6:19-21).
  5. Pagi harinya, orang banyak mencari Yesus ke Kapernaum (6:22-24).
  6. Ketika orang banyak menemui Yesus sedang mengajar di sinagoge, terjadilah percakapan dan Yesus mengajarkan mereka tentang diri-Nya sebagai Roti Kehidupan (6:25-59).

C. Setting: Kapernaum versi Yohanes

Kota Kapernaum tampaknya hanya populer bagi para penulis Injil sinoptik (Mrk. 1:21-39; 2:1-12; 9:33-50; Mat. 4:13-16; 8:5-22; 11:23; 17:24-18:35; Luk. 4:31-41; 7:1-10; 10:15).

Bahkan, Markus 2:1 dan Matius 4:13-16 memberi kesan bahwa Yesus tinggal dan memiliki rumah di Kapernaum.

Berbeda dari semua itu, Yohanes tampaknya berusaha “mengecilkan” Kapernaum.

Kasus 1.

Sesudah mukjizat atau “tanda” pertama Yesus di Kana (2:1-11), Yesus versi Yohanes tampaknya sengaja “dipergikan” ke Kapernaum (2:12).

Jika Kapernaum penting buat Yohanes, mengapa tidak dibalik: tanda pertama Yesus di Kapernaum, lalu Yesus pergi ke Kana?

Selain itu, mengapa Yohanes menambahkan keterangan bahwa Yesus bersama-sama dengan ibu-Nya, saudara-saudara-Nya, dan murid-murid-Nya “tinggal di situ [Kapernaum] hanya beberapa hari saja” (2:12)?

Apakah diam-diam Yohanes ingin meng-counter tradisi yang mengatakan bahwa Yesus pindah dari Nazaret ke Kapernaum dan bertempat tinggal di sana seperti dikatakan di Matius 4:13-16?

Matius 4:13-16
4:13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,
4:14 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
4:15 “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, —
4:16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.”

Sebagaimana tampak dalam kutipan di atas, Matius tampaknya meyakini bahwa kepindahan Yesus ke Kapernaum itu (bahkan) sebuah penggenapan firman Allah yang sudah dinubuatkan Nabi Yesaya.

Kasus 2.

Mungkin kasus 1 belum meyakinkan pembaca bahwa Yohanes sengaja “mengecilkan” Kapernaum sekalipun ia sudah menegaskan bahwa Yesus hanya tinggal di sana beberapa hari saja.

Mungkin kasus 2 ini lebih dapat meyakinkan pembaca.

Dalam kasus 2, Yesus melakukan mukjizat atau “tanda” (Yun. semeion) yang kedua secara unik.

Dalam tanda kedua, Yesus menyembuhkan anak pegawai istana yang tinggal di Kapernaum.

Bagaimana atau dari mana Yesus menyembuhkan anak di Kapernaum itu?

Dari Kana!

Jadi, Yesus tetap berada di Kana ketika Ia menyembuhkan anak di Kapernaum itu (4:46-54).

Yesus tidak pergi ke TKP (Kapernaum), tetapi Ia tetap di tempatnya, yaitu Kana.

Pentingnya “Kana” itu sebagai lokasi “tanda pertama” bahkan diingatkan Narator (4:46) sebelum Yesus melakukan tanda-Nya yang kedua itu.

4:46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit.

Di akhir cerita mukjizat penyembuhan anak pegawai istana itu, Narator (4:54) mengatakan bahwa mukjizat itu adalah tanda yang kedua.

4:54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.

Dengan kata lain, Yohanes ingin menyadarkan pembacanya bahwa kedua tanda (mukjizat) Yesus dilakukan di Kana.

Bagi Yohanes, Kana tampaknya lebih penting ketimbang Kapernaum.

Padahal, para penulis Injil sinoptik tampaknya sama sekali tidak mengenal kota atau desa bernama “Kana” itu.

D. Mencari Yesus atau mencari roti?

LAI memberi judul perikop “Orang banyak mencari Yesus” (6:22-24).

Mungkin judul itu didasarkan pada ayat 24.

6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Namun, sy ingin menyarankan judul alternatif: “Orang banyak mencari roti”.

Dasarnya: Yohanes 6:26.

6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”
6:26 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

Menurut tokoh Yesus, mereka sebenarnya tidak mencari diri-Nya, tetapi mencari roti gratis.

Roti gratis itu seperti bansos yang dapat membuat banyak orang datang untuk menjadi pengikut si pemberi bansos.

Demi roti gratis, mereka bahkan bersedia menjadikan Yesus “raja”.

Namun, Yesus menolak pengikut seperti itu (6:15).

Roti gratis Yesus bukan “alat politik” untuk membuat orang menjadi pengikut-Nya.

Orang banyak itu telah gagal paham.

Mereka telah melihat bahkan telah mengalami sendiri mukjizat Yesus, yaitu Yesus mampu melipat-gandakan roti.

Namun, mereka gagal melihat mukjizat itu sebagai “tanda” (semeion) yang merujuk kepada diri Yesus.

Mata mereka terhenti pada roti itu dan tidak berlanjut pada Yesus.

Mereka hanya mencari mukjizat dan tidak mencari Yesus.

Mereka hanya mencari berkat dan tidak mencari Tuhan.

Mereka hanya mencari roti dan tidak mencari Roti Kehidupan.

E. Anak Manusia

E.1. Evolusi gelar “Anak Manusia” Yesus

6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”

Anak Manusia adalah ungkapan yang sering digunakan tokoh Yesus sebagai penyebutan diri-Nya sendiri baik di Injil sinoptik maupun di Injil Yohanes.

Ketika diucapkan oleh tokoh Yesus, “Anak Manusia” itu seakan-akan merujuk ke orang lain atau orang ketiga.

Kesannya, ada Yesus yang sedang bercakap-cakap, ada orang yang sedang diajak bercakap-cakap, dan ada pihak ketiga yang disebut Yesus dengan frasa “Anak Manusia”.

Contohnya seperti di Yohanes 6:27 di atas.

Oleh karena itu, ada pendapat bahwa aslinya atau pada mulanya, istilah atau ungkapan itu memang diucapkan Yesus untuk merujuk ke pihak ketiga, tetapi dalam perkembangan selanjutnya ungkapan itu dikenakan pada diri Yesus sendiri oleh para pengikut-Nya.

Jadi, di dalam konteks cerita Injil, ungkapan itu lebih banyak merujuk ke diri Yesus.

Contohnya seperti di Yohanes 6:27 itu juga.

Sekalipun tokoh Yesus membicarakan “Anak Manusia” itu seakan-akan pihak ketiga, pembaca Injil Yohanes tahu bahwa yang dimaksud dengan “Anak Manusia” itu adalah Yesus sendiri.

E.2. Pemaknaan frasa “anak manusia”

Sebagaimana dijelaskan oleh kelompok Jesus Seminar, pada umumnya frasa itu memiliki tiga makna.

  1. “Anak manusia” adalah ungkapan mengenai diri manusia sebagai makhluk yang tak berharga di hadapan Allah (Ayb. 25:6).

(TB2)
25:5 Sesungguhnya, bahkan bulan pun tidak terang dan bintang-bintang pun tidak cerah di mata-Nya.
25:6 Terlebih lagi manusia, yang hanyalah belatung,
anak manusia, yang hanyalah ulat!”

  1. “Anak manusia” sebagai makhluk yang diberi kuasa atas ciptaan Allah lainnya dan dalam konteks itu anak manusia sedikit lebih rendah dari Allah atau hampir sama seperti Allah (Mzm. 8:4-9).
  2. “Anak manusia” sebagai tokoh yang diberi kekuasaan kekal dan dipercaya akan datang pada Akhir Zaman (Dan. 7:13-14).

Di Injil-injil, berhubung gelar itu dikenakan pada diri Yesus, makna kedua dan ketiga dari PL itu yang pada umumnya dimaksudkan oleh penulis Injil.

Selain itu, berhubung Yesus mengalami penderitaan, ungkapan “anak manusia” dari PL itu mendapat tambahan nuansa makna penderitaan di Injil-injil, misalnya di Markus 9:12 dan Yohanes 6:53.

Yohanes 6:53
6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Lebih lanjut, makna atau pemaknaan suatu ungkapan tentunya sangat terkait dengan konteks Injilnya masing-masing dan juga terkait dengan konteks perikopnya masing-masing.

Oleh karena itu, pemaknaan frasa “Anak Manusia” di sini akan sy batasi pada konteks pasal 6 saja.

E.3. Anak Manusia memberikan makanan hidup kekal sebab Ia adalah Anak Allah yang sah

6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”

Yesus adalah Anak Manusia yang memberikan makanan untuk hidup kekal.

Yesus memberikan kehidupan kekal dalam arti “kehidupan sejati” (kualitas, relasi dengan Allah) maupun “kehidupan abadi” (kuantitas, durasi: selama-lamanya).

Selanjutnya, Anak Manusia itu “disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya”.

Tampaknya ungkapan “disahkan dengan meterai-Nya” itu merujuk pada peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas diri Yesus yang disaksikan oleh Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:32-34).

1:32 Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.
1:33 Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
1:34 Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”

Di Injil-Yohanes, Yohanes Pembaptis memang tidak membaptis Yesus seperti di Injil Markus.

Namun, Yohanes Pembaptis menyaksikan Yesus disahkan Allah sebagai “Anak Allah” dengan meterai Roh Allah sendiri, yang turun dari langit seperti merpati.

Yesus adalah “Anak Manusia” sekaligus “Anak Allah” yang disahkan Allah sendiri.

Pada diri Yesus, Anak Manusia itu adalah Anak Allah.

Mungkin itu juga yang ingin diungkapkan dalam penggunaan istilah “Bapa” di Yohanes 6:27.

Jika Allah adalah “Bapa”, Yesus adalah “Anak”.

Yesus adalah Anak Manusia yang dapat memberikan makanan untuk hidup kekal atau keselamatan sebab Ia adalah Anak Allah yang sah.

E.4. Anak Manusia mengurbankan diri-Nya agar mereka yang bersekutu dengan-Nya diselamatkan

6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Ungkapan “Anak Manusia” di Yohanes 6:53 tampaknya dikaitkan dengan ritual “perjamuan kudus” yang dilatar-belakangi oleh teologi Keselamatan, yaitu bahwa dalam persekutuan dengan Yesus dan kematian-Nya, umat percaya diselamatkan: “mempunyai hidup di dalam dirimu”.

E.5. Anak Manusia itu adalah Anak Allah yang sudah turun dari Surga dan akan kembali ke sana

6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Frasa “Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada” itu merujuk ke dua hal.

Pertama, Yesus adalah Sang Logos dan Anak Allah yang pada mulanya berada di Surga bersama Allah dan yang kemudian turun ke dunia untuk menyatakan Allah, Bapa-Nya, kepada dunia (Yoh. 1:1-2, 18).

Kedua, Yesus adalah Anak Allah yang akan pulang ke rumah Bapa-Nya sesudah semua tugas-Nya selesai (Yoh. 19:30).

Dalam konteks ini, “Anak Manusia” sama dengan “Anak Allah”.

F. Meminta tanda (lagi)?

Ada masalah di Yohanes 6:30.

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

Menafsir ayat 30 itu tidak mudah sebab terbuka bagi beberapa kemungkinan.

  1. Kemungkinan pertama.

Orang banyak yang meminta tanda itu berbeda dari orang banyak yang sudah ikut makan bersama 5.000 orang lainnya.

Jadi, mereka meminta tanda karena mereka memang belum melihat dan mengalami mukjizat Yesus di episode sebelumnya.

Kelemahan dari tafsiran ini, Yohanes tidak menyatakannya secara eksplisit bahwa ada kelompok ini di antara orang yang datang kepada Yesus.

Bahkan, beberapa ayat sebelumnya, ay. 26, Yesus baru saja mengkritik mereka bahwa mereka datang karena roti.

  1. Kemungkinan kedua.

Penulisnya menulis pasal 6 itu dari berbagai sumber yang berbeda dan lalai untuk menyatukannya secara mulus atau logis.

Akibatnya, tokoh “mereka” yang berkata-kata di ayat 30 menjadi seperti tokoh yang lupa ingatan bahwa mereka sudah pernah melihat dan mengalami mukjizat pelipat-gandaan roti yang dilakukan Yesus.

  1. Kemungkinan ketiga.

Penulisnya sengaja membuat tokoh “mereka” meminta tanda untuk menegaskan bahwa mereka memang belum melihat “tanda” seperti yang dikritik Yesus di ayat 26.

  1. Kemungkinan keempat.

Tokoh “mereka” menuntut suatu tanda tertentu, yaitu yang sama persis seperti yang mereka baca tentang Musa: mendatangkan roti dari Surga untuk nenek moyang mereka.

Hal itu diungkapkan di ayat 31:

6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

“Seperti ada tertulis” artinya tertulis pada Alkitab Ibrani mereka.

LAI memberi rujukannya: Keluaran 16:4-5.

16:4 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.
16:5 Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari.”

  1. Kesimpulan

Dari empat kemungkinan di atas, sy memilih kemungkinan ke-4.

Alasan sy: motif kedatangan mereka dan tanggapan Yesus selanjutnya.

Alasan pertama, motif kedatangan mereka: dengan merujuk ke Keluaran 16:4-5 itu, motif kedatangan mereka terungkap.

Mereka datang untuk meminta tanda yang sama seperti yang dilakukan Musa, yaitu mendatangkan roti dari surga setiap hari(!).

Tuntutan tanda seperti itu mengonfirmasi kritik Yesus terhadap mereka, yaitu mereka datang kepada Yesus karena mereka pernah kenyang makan roti yang diberikan Yesus (6:26).

Alasan kedua, tanggapan Yesus: pada ayat selanjutnya, Yesus langsung menanggapi tuntutan mereka itu dengan cara “mengoreksi” penafsiran mereka atas Keluaran 16:4-5 itu.

6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

Dalam tanggapan Yesus itu, nama “Musa” atau peran Musa direndahkan dengan mengatakan bahwa bukan Musa yang memberikan mereka roti dari Surga, melainkan Bapa Yesus yang di Surga.

Dengan kata lain, salah satu maksud penulis Yohanes merancang percakapan itu adalah untuk merendahkan (diskredit) Musa, tokoh yang diagung-agungkan oleh umat Yahudi.

Di luar dunia cerita, penulis Injil Yohanes dan jemaatnya tampaknya sedang terlibat konflik dengan umat Yahudi atau masyarakat di sekitarnya yang mengagung-agungkan Musa.

G. Roti kehidupan

“Roti kehidupan” adalah metafora teologis mengenai diri Yesus.

Dalam bentuk “cerita”, metafora itu diucapkan sendiri oleh tokoh Yesus untuk mengungkapkan (siapa) diri-Nya.

(TB2)
6:34 Maka kata mereka kepada-Nya, “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.”
6:35 Kata Yesus kepada mereka, “Akulah roti kehidupan. Siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.

Plesetan atau peralihan dari “roti biasa” (ay. 34) menjadi “roti kehidupan” (ay. 35) itu adalah pola khas dialog ala Yohanes.

Contoh lainnya: “dilahirkan biasa” menjadi “dilahirkan dari atas” dalam percakapan dengan Nikodemus (Yoh. 3:1-21) dan “air sumur biasa” menjadi “air hidup” dalam percakapan dengan perempuan Samaria (Yoh. 4:1-42).

Metafora adalah bahasa gambaran, suatu gambaran ditransfer untuk menggambarkan hal lainnya.

Misalnya, gambaran “gembala” ditransfer untuk menggambarkan Yesus sehingga membentuk metafora “Yesus adalah gembala yang baik”.

Metafora itu tidak bisa dimaknai secara harfiah sebab profesi Yesus bukanlah gembala ternak.

Demikian juga halnya dengan metafora “Yesus adalah roti kehidupan”.

Gambaran “roti yang memberi kehidupan jasmaniah” ditransfer ke Yesus sehingga menjadi metafora “Yesus adalah roti kehidupan kekal”.

Pada bagian selanjutnya, ayat 48-51, Yohanes memperinci perbedaan khasiat “roti kehidupan” (Yesus) dan “manna” (dari Musa), yaitu manna tidak membuat manusia yang memakannya mengalami hidup abadi, sedangkan roti kehidupan sebaliknya.

(TB2)
6:48 Akulah roti kehidupan.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan untuk hidup dunia ialah daging-Ku.”

H. Penutup

Yesus versi Yohanes berbeda dari Yesus versi Injil-injil sinoptik.

Yesus versi Injil sinoptik lebih banyak berbicara tentang hal lain di luar diri-Nya, yaitu tentang Kerajaan Allah.

Yesus versi Yohanes justru lebih banyak berbicara tentang diri-Nya.

Di perikop Yohanes 6:24-35 ini, Yesus berbicara tentang diri-Nya sebagai “Anak Manusia” yang memberikan makanan untuk hidup kekal atau roti kehidupan.

Anak Manusia itu dapat memberikan hidup kekal atau keselamatan itu sebab Anak Manusia itu adalah Anak Allah yang sah.

“Roti Kehidupan” yang diberikan Anak Manusia itu adalah diri-Nya sendiri.

Orang yang memakan “Roti Kehidupan” itu adalah orang yang percaya dan bersekutu erat dengan Yesus, Sang Anak Manusia, Sang Anak Allah.

Orang yang percaya dan bersekutu erat dengan Yesus akan mengalami hidup kekal baik dalam arti kualitas maupun kuantitas.

Yesus lebih besar dari Musa sebab mereka yang makan manna sudah mati semua.

Eksodus pertama yang dipimpin Musa digantikan dengan Eksodus kedua yang dipimpin Yesus dan yang lebih berdampak abadi.

Sending
User Review
0 (0 votes)
Tags

Add Comment

Klik sini untuk komentar