Ngopi

The Grand Design

Bagaiamana perasaanmu, jika engkau mendapati dirimu berada dalam masalah kemustahilan yang sama persis seperti ayahmu alami? Mungkin seperti itu perasaan Ishak, ketika ia mandapati bahwa istrinya mandul dan tidak juga melahirkan setelah sekian lama. Tentunya Ishak hafal benar akan masalah ini, karena namanya dilekatkan di situ. Jadi déjà vu, kayaknya.

Ishak.

Namanya berarti “Tertawa”. Kalau dia orang Jawa, mungkin namanya jadi Guyu bin Ibrahim. Nama itu diberikan karena Sara, ibunya tertawa mendengar pesan dari Allah, bahwa ia akan melahirkan anak, padahal Sara sudah lama menopause.

Kini Ishak dihadapkan dengan masalah yang sama. Walaupun belum setua ayahnya waktu ia lahir, umurnya tidaklah muda lagi, sudah hampir 60-an.  Maka berdoalah Ishak bagi istrinya. Tentulah Ishak tahu, bahwa Allah telah menjanjikan keturunan yang banyak bagi Abraham lewat Ishak. Nyatanya sekarang Ribka mandul, seolah-olah kemyataan dan janji bertolak belakang. Mareka sudah menunggu selama 20 tahun! Secara logika, menurut cara alami, menurut ilmu biologi, janji itu mustahil. Mungkin beban Ishak sedikit lebih ringan daripada beban Abraham waktu itu, paling tidak Ishak bisa menengok ke belakang dan mengingat bagaimana Allah melakukan hal yang mustahil kepada Abraham, dan dirinya sendiri adalah bukti nyata dari kemustahilan tersebut.

Saya bayangkan, Ishak dan Ribka tentu dipenuhi harapan bahwa anak mereka akan lahir tidak lama setelah mereka menikah. Tahun-tahun pertama pernikahan diisi banyak percakapan tentang persiapan akan kelahiran anak-anak mereka.

“Sayang…, kira-kira mau mau kasih nama apa ya untuk anak kita…” tanya Ribika, di tahun pertama.
“Kalau nanti anakku lahir, akan aku ajarkan dia berburu, “ kata Ishak sambil mengukir pisau yang ia buatkan untuk anaknya. Tahun ketiga…

Setahun berlalu. Dua tahun, tiga tahun, sepuluh….. kini hampir 20 tahun dalam penantian. Kira-kira air mata juga sudah mengering, dan lutut yang dipakai berdoa sudah kapalan. Manusiawi, kalau menyerah. Tetapi Ishak tetap berdoa.

Seringkali Allah meninggalkan jejak-jejak kemustahilan agar manusia ingat bahwa keterlibatan Allah itu semata-mata karena kasih karunia. Bisa saja, Allah memberikan anak kepada Ishak di usia mudanya, kan? Dengan demikian Ishak dan Ribka tidak perlu deg-degan. Tapi, begitulah, Tuhan. Seperti halnya dengan Abraham, Dia menyatakan janjiNya di tengah ketidak berdayaan manusia, supaya manusia selalu ingat, bahwa Tuhan-lah sang sumber anugerah.

Seriously, kalau kita bisa milih, kayaknya kalau bisa, janji Tuhan dibuat gampang saja. Tidak usah sampai mepet-mepet dan bikin tegang. Hidup lebih santai kalau ngga last minute begitu. Mungkin banyak yang suka naik roller-coaster di taman hiburan, tapi roller-coaster di hidup sebenarnya? Beraaaat…..

Kenapa orang Israel dulu harus mengembara susah payah lewat padang pasir? Kenapa Tuhan biarkan orang Mesir mengejar-ngejar mereka sampai sudah terdesak di pantai Laut Merah. Kan gampang saja, kalau Tuhan kasih gempa bumi, biar mereka semua tenggelam jauh-jauh, dari awal. Masakan kalau Tuhan bisa membelah Laut Merah, DIa tidak bisa bikin gempa bumi dan tanah menganga?

Saya tidak tahu. Tapi yang pasti, kalau tidak demikian, tidak ada kesempatan bagi orang Israel untuk mengalami dan menyatakan iman mereka. Kalau bukan karena kepepet, tidak ada peluang untuk mereka melangkahkan kaki ke dalam Laut Merah, walaupun laut itu belum tersibak

Mengapa Tuhan biarkan orang Filistin merajalela, dan Goliat tampil menghina-hina nama Allah? Bukannya lebih mudah kalau dari awal-awal saja pasukan Filistin itu dibuat tercerai berai oleh angin badai?

Saya tidak tahu juga. Maunya kita mungkin begitu. Tapi kalau bukan karena itu, tidak ada kesempatan bagi Daud untuk menyatakan imannya dan berjalan maju. Selanjutnya Allah membuktikan anugerahNya bagi Daud dan menyematkan kemenangan yang manis, di hadapan bangsa Israel yang tadinya ketakutan.

Kita cuma punya kesempatan untuk memiliki pengalaman iman itu selama hdup di muka bumi, di kolong langit ini. Saat kita di sorga nanti, ketika hadirat Tuhan dinyatakan tanpa selubung, orang tidak perlu iman lagi. Semua orang , baik yang percaya atau yang tadinya tidak percaya, tidak akan tahan untuk berlutut di hadapan kemegahan hadirat Allah.

Jadi teringat katanya Brennan Manning, “Aku benar- benar yakin bahwa di hari penghakiman nanti, Tuhan Yesus akan menanyai kita satu pertanyaan, dan hanya satu pertanyaan saja: Apakah kamu (waktu di dunia-red) percaya bahwa Aku mengasihimu, bahwa Aku menginginkanmu, bahwa Aku menantikanmu dari hari demi hari, bahwa Aku rindu selalu mendengar suaramu?”

Allah pun mendengar doa Ishak. Ah, akhirnya.. Ishak dan RIbka bukan main leganya.

Namun tidak lama rasa lega itu bagi RIbka. Proses mengandungnya ternyata juga tidak mudah! Perutnya serasa dikocok-kocok. Hmmm, saya tidak pernah merasakan mengandung sesusah gimana, tapi melihat istri saya mengandung, saya tahu yang normal saja tidak mudah, apalagi dengan keadaan seperti ini. Kedua bayi di dalam kandungan Ribka seperti berkelahi di dalam perutnya.

Ribka merasakan kesakitan yang berat, sampai-sampai ia berpikir, “Untuk apa aku hidup?” Setelah menunggu selama 20 tahun, lalu dikabulkan permintaannya, ternyata hidup tidak lebih mudah setelah itu!

Seringkali kita mengalami hal itu juga, kan? Setelah sesaat mengalami kemenangan yang gemilang, eh tahu-tahu jalan di depan ternyata masih berbatu, berlubang dan di belah jurang. Tadinya kita pikir sudah masuk jalan tol sudah lancer, eh tahu-tahu ban meletus di tengah jalan tol. Kesal? Frustasi? Seperti itulah yang dirasakan Ribka.

Seperti seorang wanita yang didoakan Elisa untuk memperoleh anak, namun tiba-tiba anaknya mati. Dalam kepedihannya, ia mengeluh….

Namun Ribka melakukan hal yang tepat. Ia mencari Tuhan dan petunjukNya! Maka Ribka datang kepada Tuhan dan menanyakan hal ini. Tuhan pun menjawab, “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.”

Apa yang Tuhan nyatakan kepada Ribka adalah bahwa apa yang ia alami sekarang adalah bagian dari sebuah ‘grand design’ yang maha agung. Allah mengawasi dan memelihara Ribka dan Dia tahu segalanya dengan detil, walau tentunya Ribka tidak dapat sepenuhnya memahami hal ini.

Di masa depan, kedua anak di kandungan itu menurunkan bangsa Israel dan bangsa Edom. Namun nubuatan ini juga mengandung pesan simbolis, bahwa yang rendah akan ditinggikan dan yang lemah akan dikuatkan.

Kita tidak selalu dapat melihat ‘the grand design’ yang Allah rancangkan buat kita. Tuhan sebetulnya tidak bilang apa-apa soal kesakitan Ribka di masa mengandungnya. Ribka mungkin berharap, jawaban dari Tuhan sesederhana untuk menghapus kesakitannya. Keterbatasan kita yang cuma bisa melihat ‘masa sesaat’ seringkali membutakan kita untuk melihat the big picture of grace, gambaran besar kasih karunia. Ya, memang kalau sekarang kaki kita tanpa sandal nginjek paku, apalagi pakunya sampai nembus ke dalam, mana bisa kita memikirkan yang lain selain kesakitan kita. Apa yang kita mau cuma, detik ini juga, sakitnya hilang!

Allah punya maksud dalam hidup Yakub, dan nantinya akan kita lihat bagaimana hidup Yakub dengan maksud yang sudah Allah tetapkan sejak ia dari kandungan. Dan itu juga berlaku bagi kita semua! Allah telah menetapkan suatu maksud dan panggilan yang unik dalam hidup kita, sejak kita berada dalam kandungan, dan maksud dari Allah itu disertai dengan janji, janj penyertaan dan pemeliharaan.  Mungkin kita tidak selalu tahu pasti maksud dan rencana Allah secara detil dalam fase-fase hidup kita, tidak apa. Kita akan lihat nanti, bahkan Yakub, leluhur bangsa Israel pun tidak selalu mengerti panggilanNya dari awal. Tidak apa untuk kita tidak mengerti semuanya, bagian kita hanya percaya. Percaya, bahwa Allah punya maksud yang sangat pribadi dan unik dalam hidupmu, percaya bahwa Dia menyertai grand design-Nya dengan janji.

Janji yang abadi dan tidak akan gagal.

Sending
User Review
5 (1 vote)

Add Comment

Klik sini untuk komentar